Foto Kediri - Membangun usaha pabrik roti dalam skala rumahan atau home industry dan besar sekarang ini menjadi incaran banyak pengusaha. H...
Foto Kediri - Membangun usaha pabrik roti dalam skala rumahan atau home industry dan besar sekarang ini menjadi incaran banyak pengusaha. Hal ini lantaran roti telah menjadi jenis makanan yang merakyat hingga merambah pedesaan. Terlebih roti mulai dijadikan pilihan menu sarapan pagi.
Namun tak sedikit para pemula yang membangun usaha parik roti rontok satu persatu tak kuat menghadapi ketatnya persaingan berebut pasar. Padahal telah melakukan inovasi citarasa, dan dalam pemasaran pun memanfaatkan media elektronik, media internet ataupun media sosial.
[caption id="attachment_69" align="aligncenter" width="618"] Bangunan Pabrik Roti Orion[/caption]
Hal yang sangat berbeda dengan pabrik roti “Orion” yang berlokasi di Jalan Untung Suropati Gang Kolv di Kawasan Jalan Dhoho Kota Kediri Jawa Timur ini. Ia tetap bertahan menghadapi gempuran zaman. Betapa tidak, pabrik yang telah berusia 77 tahun ini tetap bertahan hingga kini. Bahkan roti buatan Orion menjadi legenda dan diburu warga luar kota. Bisa dibilang ia roti jadul.
Menurut pengelolanya, Winarni Goenarto, roti Orion bertahan dalam ketatnya persaingan bisnis justru karena tetap mempertahankan semua aspek tradisionalitasnya, utamanya dalam citarasanya. Rotinya tidak sedikitpun melakukan inovasi citarasa yang menyesuaikan selera pasar sekarang. Basis citarasa roti ini tetaplah citarasa ketika awal-awal masa pendirian pabrik. Hanya saja, menambah variasi baru dalam isian dalam roti, seperti pisang coklat, kacang coklat, kacang hijau, enten-enten dan masih banyak lagi lainnya.
Menurut pengakuan Winarni, roti produksinya tidak menggunakan bahan-bahan kimiawi seperti bahan pengawet, pelembut dan pengembang. Oleh karena itu rotinya tidak bisa bertahan lama dan bertekstur agak keras bila dibandingkan dengan roti buatan pengusaha bakery sekarang ini.
“Justru karena mempertahankan resep tradisional ini roti buatan kami bertahan dan masyarakat Kediri menyukainya. Justru lakunya di situ, “ kata Winarni.
Roti Orion telah menjelma menjadi legenda bagi masyarakat Kediri dan ia diburu warga luar kota. Ia menjadi salah satu panganan oleh-oleh warga luar kota yang kebanyakan diaspora Kediri. Mereka adalah warga Kediri yang kini berdomisili di luar kota yang dahulunya telah akrab dengan roti Orion.
Hal ini diakui oleh salah satu penggemarnya, Agatha Anita Taurysiana, warga Jakarta asal Kediri. Menurutnya ia selalu membeli roti Orion ketika mudik ke Kediri. Ia mengaku membeli roti Orion untuk dikonsumsi sendiri ataupun dijadikan oleh-oleh untuk keluarganya di Jakarta . Bila ia tak bisa mudik, ia titip ketika ada koleganya yang mudik ke Kediri.
Agatha mengaku menyukai roti ini karena alasan legenda. Baginya roti ini telah akrab sejak ia masih kecil. Saat itu roti Orion yang paling enak di kawasan Karesidenan Kediri. “Untuk kenangan masa lalu,” ungkap Agatha yang kini tinggal di kawasan TMII Jaktim.
Hal yang sama disampaikan Sefaham Salimo yang dahulunya adalah tetangga Winarni. Ia mengisahkan suatu hari dirinya dipesani sahabatnya dari Jakarta untuk membelikan roti Orion. Sahabat Sefaham yang sedang bepergian ke Malang minta dibelikan roti Orion untuk oleh-oleh. Sahabatnya itu naik kereta dari Jakarta menuju Malang. Sahabatnya meminta untuk diberikannya saat kereta transit di stasiun Kediri. Sefaham pun memberikan satu kardus roti Orion pesanan sahabatnya itu.
“Teman-teman saya beralasan menyukai roti Orion karena itu kenangan,” kata Sefaham Salimo.
Menempati bangunan seluas 600 m2 dengan arsitektur Belanda, pabrik roti ini didirikan tahun 1940 oleh laki-laki keturunan Tionghoa, Soebandi Hertanto (Tan Thwan Kwie). Saat itu ijin pendirian pabrik roti sangat ketat.
“Kalau gak enak gak diberi ijin oleh Belanda. Jadi rasa rotinya dicoba dulu oleh Belanda,” kata Winarni sembari memperlihatkan tanggal Surat Keputusan (SK) pendirian pabrik roti oleh Walikota Madya Kepala Daerah Tingkat II Kediri saat itu.
[caption id="attachment_72" align="aligncenter" width="618"] SK tanggal izin pendirian pabrik Roti Orion[/caption]
Pabrik yang didirikan berdasarkan SK Nomor 8 tanggal 20 Februari 1940 ini dahulunya merupakan makanan kalangan elit Kediri. Saat itu pembuatan roti tidak menggunakan bahan-bahan kimiawi. Saat itu roti buatan pabrik ini dianggap paling enak dan teksturnya paling lembut.
[caption id="attachment_73" align="aligncenter" width="618"] Mixer yang dibeli dari Jerman pada jaman Belanda dulu masih digunakan hingga sekarang[/caption]
Aspek tradisional pabrik roti ini tidak hanya dalam citarasa. Proses produksinya masih menggunakan cara-cara tradisional. Hingga sekarang pabrik roti ini masih menggunakan mixer (pengaduk) jaman Belanda yang saat itu dibeli pendirinya dari Jerman. Untuk pengovenan masih mempertahankan oven jaman dahulu dengan menggunakan pembakaran kayu. Ada dua buah oven yang dibuat dari bangunan tembok setinggi 4 meter dengan kapasitas produksi 300 roti sekali panggang.
[caption id="attachment_74" align="aligncenter" width="410"] Oven berupa bangunan tembok masih menggunakan bahan bakar kayu[/caption]
Sebanyak 10 orang yang dipekerjakan di pabrik roti ini untuk menghasilkan kapasitas produksi sebesar 75-100 kg tepung. Uniknya ke-10 orang pekerjanya merupakan keturunan dari pekerja di jaman awal-awal pabrik ini. Tampak mereka sedang mengerjakan adonan roti di atas meja yang cukup besar dan panjang.
“Dahulu karyawan menitipkan anaknya bekerja di sini. Dari titip menitip itulah karyawan yang sekarang ini merupakan keturunan karyawan yang dahulu,” ungkap Winarni, Kamis 23 November 2017.
[caption id="attachment_70" align="aligncenter" width="618"] Karyawan pabrik Roti Orion[/caption]
Menggunakan label “Orion” karena nama ini diambil oleh pendirinya dari rasi bintang orion. Saat itu pendirinya melihat rasi bintang orion. Oleh karena itu logo yang digunakan pada saat itu menggunakan bintang. Kini logo bintang sudah tidak digunakan lagi, diubah dengan jempol.
“Ini logo yang digunakan jaman dulu,” kata Winarni sembari memperlihatkan brosur pada jaman dahulu yang kini telah dilaminating.
[caption id="attachment_71" align="aligncenter" width="618"] Brosur Roti Orion jaman Belanda dulu[/caption]
Orion mempraktikkan pola pemasaran tradisional pula. Pabrik hanya menjual melalui rombong becak yang disediakan untuk para pedagang. Sistem yang diterapkan dengan para pedagan itu adalah jual-setor. Tidak ada display sebagai sarana penjualan ataupun promosi. Hanya ada satu toko kecil yang buka setelah pabrik selesai berproduksi, itupun milik mantan karyawannya yang kini membuka usaha sendiri.
Winarni sebenarnya bukanlah keturunan dari pendiri pabrik. Suaminya, Hartono yang merupakan keturunan pendiri pabrik. Suaminya merupakan generi ke-3. Karena usaha ini merupakan usaha keluarga, ia membantu suaminya meneruskan usaha leluhur.
Winarni tampak menguasai seluruh proses produksi dengan tetap mempertahankan tradisi leluhur. Bahkan ia bersama suaminya akan mewariskan usaha keluarga ini dengan tetap mempertahankan tradisi ini ke anaknya Albert.
“Albert sendiri yang meminta untuk meneruskannya,” ucapnya. Albert tampak manggut-manggut mengiyakan ucapan ibunya.(AW)