[caption id="attachment_856" align="aligncenter" width="640"] Sedekah bumi di Desa Sukorejo, Kabupaten Kediri...
[caption id="attachment_856" align="aligncenter" width="640"]
Sedekah bumi di Desa Sukorejo, Kabupaten Kediri, Kamis 12 November 2015 - Foto: Solopos[/caption]
Foto Kediri - Percaya dengan ramalan Prabu Jayabaya sejumlah relawan dan komunitas tergabung dari Forum Kediri Hijau (FKH) , akan menggelar acara Sedekah Bumi Rabu malam 3 Januari 2018 di Masjid An Nur, berada di Dusun Damar Wulan Kawasan PTPN XII Ngrangkah Sepawon.
Ketua FKH, Gus M. Naf’an Shalahuddin, sedekah bumi itu dilakukan lantaran dalam ramalan yang ditulis pada Jangka Jayabaya disebutkan bila Kediri Jadi Kali, Blitar Jadi Latar, Tulungagung Jadi Kedung.
Pada acara itu selain digelar doa bersama, juga digelar dialog kebangsaan dan dihiburkan Bedug Manunggal, sebagai bentuk kepedulian atas nasib warga di Lereng Gunung Kelud. (Baca: Kilas Balik Sengketa Lahan Warga Sepawon dengan PTPN XII)
“Mereka telah berani mengadu kepada kepala daerah berdasarkan fakta di lapangan. Ini mendapatkan apresiasi kami dan berharap tidak terjadi kerusakan alam yang bisa berdampak banjir atau longsor,” jelas Gus Naf’an sapaan akrabnya.
Sebelumnya, terjadi perusak lahan Perkebunan Ngrangkah Sepawon di Desa Damarwulan, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Tercatat ada 763 batang pohon berbagai jenis yang telah dipotong tanpa menghiraukan dampaknya.
Diantara pohon-pohon yang ditebang, ada jenis pohon berusia ratusan tahun, ada pula pohon reboisasi dalam program penanam 1 juta pohon. Akibat perusakan ini, warga sekitar khawatir terancam kehilangan sumber mata air. Mereka juga khawatir penerangan listrik yang bersumber dari kincir air bakal terputus akibat pasokan air turun. (Baca: Pemkab Kediri Optimalkan Tim URC untuk Antisipasi Lahar Hujan Kelud)
PT Empat Pilar Anugerah Sejahtera (EPAS) Kediri diduga sebagai pelaku perusak lahan. PT EPAS merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan pasir. Perusahaan ini berkedudukan di Ruko Stadion Brawijaya, Blok A7, Kota Kediri. Mereka mengklaim telah memiliki izin pertambangan di kawasan perkebunan yang kini dipersoalkan.
Perwakilan warga di Kecamatan Puncu telah mengadukan nasibnya atas penebangan hutan di kawasan perkebunan. Ternyata pihak pemilik kebun, sebelumnya telah memberikan laporan resmi ke Polres Kediri.
“Bila kemudian usaha tersebut menjadikan aliran tersebut longsor dan berimbas hingga kerusakan alam. Bila terjadi luapan air kiriman dari Gunung Kelud yang tidak mampu dibendung Gunung Gajah Mungkur, tidak bisa dibayangkan bencana yang akan terjadi,” terang Gus Naf’an.
Rencananya acara ini akan dimulai pukul 19.30wib, bertempat di halaman masjid, biasa digunakan untuk tempat beribadah. Meski demikian, acara nanti malam bukan berarti khusus untuk Umat Islam saja.
“Kami akan buktikan bahwa warga di Dusun Damar Wulan sangat menghargai toleransi dalam agama. Bahwa kasus ini bukan berarti karena perbedaan, namun murni suara hati mereka,” jelas Pengasuh Jamaah Pengajian Generasi Cahaya beralamatkan di Desa Wates Kabupaten Kediri. (Baca: Desa Sentra Produksi Cabe Ini Latih Ibu-Ibu Rangkai Bunga Akrilik)

Foto Kediri - Percaya dengan ramalan Prabu Jayabaya sejumlah relawan dan komunitas tergabung dari Forum Kediri Hijau (FKH) , akan menggelar acara Sedekah Bumi Rabu malam 3 Januari 2018 di Masjid An Nur, berada di Dusun Damar Wulan Kawasan PTPN XII Ngrangkah Sepawon.
Ketua FKH, Gus M. Naf’an Shalahuddin, sedekah bumi itu dilakukan lantaran dalam ramalan yang ditulis pada Jangka Jayabaya disebutkan bila Kediri Jadi Kali, Blitar Jadi Latar, Tulungagung Jadi Kedung.
Pada acara itu selain digelar doa bersama, juga digelar dialog kebangsaan dan dihiburkan Bedug Manunggal, sebagai bentuk kepedulian atas nasib warga di Lereng Gunung Kelud. (Baca: Kilas Balik Sengketa Lahan Warga Sepawon dengan PTPN XII)
“Mereka telah berani mengadu kepada kepala daerah berdasarkan fakta di lapangan. Ini mendapatkan apresiasi kami dan berharap tidak terjadi kerusakan alam yang bisa berdampak banjir atau longsor,” jelas Gus Naf’an sapaan akrabnya.
Sebelumnya, terjadi perusak lahan Perkebunan Ngrangkah Sepawon di Desa Damarwulan, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Tercatat ada 763 batang pohon berbagai jenis yang telah dipotong tanpa menghiraukan dampaknya.
Diantara pohon-pohon yang ditebang, ada jenis pohon berusia ratusan tahun, ada pula pohon reboisasi dalam program penanam 1 juta pohon. Akibat perusakan ini, warga sekitar khawatir terancam kehilangan sumber mata air. Mereka juga khawatir penerangan listrik yang bersumber dari kincir air bakal terputus akibat pasokan air turun. (Baca: Pemkab Kediri Optimalkan Tim URC untuk Antisipasi Lahar Hujan Kelud)
PT Empat Pilar Anugerah Sejahtera (EPAS) Kediri diduga sebagai pelaku perusak lahan. PT EPAS merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan pasir. Perusahaan ini berkedudukan di Ruko Stadion Brawijaya, Blok A7, Kota Kediri. Mereka mengklaim telah memiliki izin pertambangan di kawasan perkebunan yang kini dipersoalkan.
Perwakilan warga di Kecamatan Puncu telah mengadukan nasibnya atas penebangan hutan di kawasan perkebunan. Ternyata pihak pemilik kebun, sebelumnya telah memberikan laporan resmi ke Polres Kediri.
“Bila kemudian usaha tersebut menjadikan aliran tersebut longsor dan berimbas hingga kerusakan alam. Bila terjadi luapan air kiriman dari Gunung Kelud yang tidak mampu dibendung Gunung Gajah Mungkur, tidak bisa dibayangkan bencana yang akan terjadi,” terang Gus Naf’an.
Rencananya acara ini akan dimulai pukul 19.30wib, bertempat di halaman masjid, biasa digunakan untuk tempat beribadah. Meski demikian, acara nanti malam bukan berarti khusus untuk Umat Islam saja.
“Kami akan buktikan bahwa warga di Dusun Damar Wulan sangat menghargai toleransi dalam agama. Bahwa kasus ini bukan berarti karena perbedaan, namun murni suara hati mereka,” jelas Pengasuh Jamaah Pengajian Generasi Cahaya beralamatkan di Desa Wates Kabupaten Kediri. (Baca: Desa Sentra Produksi Cabe Ini Latih Ibu-Ibu Rangkai Bunga Akrilik)