Foto Kediri - Kedaulatan petani baik disektor hulu ataupun hilir masih jauh dari harapan. Namun kini ada secercah harapan di sektor hulunya...

Foto Kediri - Kedaulatan petani baik disektor hulu ataupun hilir masih jauh dari harapan. Namun kini ada secercah harapan di sektor hulunya. Harapan untuk memuliakan bibit jagung yang berkualitas dengan kontrol yang ketat akan segera terwujud.
Serikat Petani Kediri (Sepak) yang menginisiasi pemulia benih jagung di kalangan petani menjalin kerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (Uniska) agar benih yang dilepas ke pasar benar-benar berkualitas. Upaya yang dilakukan dengan membuat Internal Control System (ICS).
“Nantinya sebelum benih jagung dilepas ke pasar benih jagung disortir dulu melalui kontrol yang ketat di ICS yang dibentuk oleh Faperta Uniska,” ujar Ketua Sepak yang baru terpilih, Angga Sudarman, Senin, 20 November 2017 usai penjajagan kerjasama dengan Uniska.
Untuk tahap pertama, lanjut Angga benih jagung yang akan dikontrol oleh ICS adalah jagung organik. Kontrol ini dilakukan agar tidak muncul komplain dari konsumen. “Selain itu untuk memenuhi amanah konstitusi berupa Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,” katanya.
Menurut Angga, pihak Uniska bersama Sepak akan mendirikan sekolah lapang. Mekanisme yang akan menempuh dua langkah, yaitu indoor dan outdoor. Indoor yang dimaksud melalui materi akademik pertanian di Uniska. Sedangkan outdoor merupakan aplikasi di lapangan dari materi kelas.
Penjajagan kerjasama ini pihak Uniska mendatangi markas Sepak di Desa Paron Kecamatan Ngasem Kediri. Kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan. Rombongan Uniska dipimpin oleh Hendro.Untuk merealisasikan upaya ini, rencananya keduanya akan membahas pelaksanaan teknisnya.
Angga mengaku, Badan Pengawas Sertifikasi Benih (BPSB) Jatim siap mendukung langkah pendirian sekolah lapang ini. Sekolah ini diharapkan mampu menghasilkan tenaga yang terampil dalam melakukaan pemuliaan benih.
Kediri yang merupakan sentra jagung selama ini masih bergantung pada benih yang dikeluarkan korporasi. Ironisnya ketika petani berupaya melakukan pemuliaan bibit sendiri, mereka tidak memiliki mekanisme kontrol yang ketat. Akibatnya, benih dari petani tidak dilirik oleh konsumen.
Sepak yang didirikan tahun 2011 sebagai kelanjutan dari pendampingan petani di Desa Toyoresmi Kecamatan Ngasem oleh seorang Guru Besar Uniska, Prof Sumarji. Pendampingan lantaran ada petani yang bersentuhan dengan hukum tatkala melakukan penjualan benih jagung hasil pemuliaannya sendiri.