[caption id="attachment_139" align="aligncenter" width="640"] Penjual bubur ayam 'Immanuel' menggunak...
[caption id="attachment_139" align="aligncenter" width="640"]
Penjual bubur ayam 'Immanuel' menggunakan mobil box kecil untuk berjualan[/caption]
Foto Kediri - Deretan toko masih tampak tertutup rapat di sepanjang Jalan Dhoho Kota Kediri, menandai belum dimulainya aktifitas bisnis mereka. Tapi bukan berarti tidak ada geliat bisnis di jalan utama kota yang berjuluk Kota Tahu itu. Malah sepanjang 24 jam kawasan itu digunakan pedagang untuk berjualan.
Sebagai pusat kegiatan bisnis, sepanjang Jalan Dhoho tidak pernah sepi dari aktivitas jual beli, tak terkecuali pada dini hari. Ketika toko-toko belum membuka gerai dan ketika lalu lalang kendaraan masih tampak sepi, di sepanjang pinggiran jalan itu para pedagang kaki lima memanfatkannya untuk menjajakan makanan dan minuman.
Dari arah utara mulai perempatan Jalan Hayam Wuruk-Jalan Dhoho hingga ke selatan mendekati perempatan dengan Jalan Patimura berderet penjual makanan dan minuman. Mereka menjajakannya menggunakan rombong, mobil pribadi yang difungsikan untuk berjualan, motor bak roda tiga, hingga yang hanya bermodalkan bakul yang digendong.
Mereka memanfaatkan pinggiran jalan sebagai tempat berjualan dan trotoar untuk tempat para pembelinya. Bila trotoar itu di rasa kurang luas, para pedagang cukup menyediakan kursi plastik untuk pembelinya di sisi tempat berjualan mereka.
Berbagai ragam makanan dijajakan para pedagang kecil itu. Dari yang sekedar berjualan kopi hingga roti dengan menggunakan rombong becak bertuliskan 'Roti Orion' berjejer di pinggiran jalan. Namun rata-rata yang dijajakan untuk sarapan pagi adalah nasi pecel dan sambel tumpang. Ada pula pedangan yang menjual nasi padang, nasi liwet, nasi kuning, gudeg Yogya dan bubur ayam. (Baca: Orion, Roti Jadul Sejak Jaman Belanda yang Kini Diburu warga Luar Kota)
Rata-rata dagangan mereka ramai dikunjungi pembeli karena kawasan Jalan Dhoho sudah dikenal sebagai salah satu pusat kuliner baik di malam hari ataupun pagi hari. Bila malam hari mereka berjualan ketika toko sudah tutup dan bila pagi hari ketika toko belum buka.
Salah satu penjual makanan untuk sarapan pagi yang ramai dikunjungi pembeli adalah bubur ayam ‘Immanuel’ yang menjajakannya di depan toko sepatu dan sandal ‘Buccheri’ . Penjualnya seorang wanita keturunan Tionghoa.
Pembelinya pun antri menunggu giliran sesuai urutan antriannya. Tampak para pembeli yang telah mendapat antrian menyantap bubur dengan lahapnya. Dua anggota keluarga bersama seorang anaknya sedang menyantap bubur di atas trotoar yang dialasi selembar tikar, semantara yang lainnya duduk diatas kursi plastik tanpa meja.
Namun tak sedikit pula pembeli yang tidak makan di tempat. Mereka membawa pulang untuk disantap di rumahnya. Alasannya pun bermacam-macam. Ada yang karena tempat sudah penuh dan ada pula atas pesanan anggota keluarganya.
Lalu lalang kendaraan yang melintasi Jalan Dhoho pada pukul 07:00 WIB itu sudah mulai agak ramai. Salah satu pelintas jalan itu seorang ibu-ibu. Ia meminggirkan motor matic-nya di samping orang-orang yang sedang menikmati sarapan pagi dengan bubur ayam itu. Ia pun ikut mengantri memesan bubur.
Wanita itu adalah Zaqroq Elisya Zen (43) yang tinggal di kawasan Jamsaren, Kota Kediri. Ia membeli dua bungkus bubur atas pesanan anaknya. Ia dan keluarganya yang telah menjadi langganan tetap, memang sering sarapan pagi dengan bubur ini.
“Anak saya tidak mau jika bukan bubur Immanuel. Enak sih, menurutku enak, karena itu anakku selalu minta dibelikan di sini,” ujar Lisa, Rabu, 29 November 2017 .
Pada hari Minggu, para pedagan makanan itu termasuk penjual bubur ayam Emmanuel tidak berjualan di Jalan Dhoho karena seluruh tempat di kawasan itu digunakan oleh Pemerintah Kota Kediri untuk kegiatan Car Free day. Mereka memilih memindahkan tempat dagangannya.
“Kalau hari minggu, penjual buburnya pindah ke Brawijaya depan BNI,” ujarnya.
Lisa menceritakan, ia pernah sarapan pagi di bubur ayam Immanuel pada hari Minngu. Ia mendatanginya di Jalan Brawijaya. Menurutnya, pada hari Minggu pembelinya membludak meski telah memindahkan tempat dagangannya. Karena itu penjual bubur pun harus menggunakan kartu antrian buat pembelinya.
Jika nomor antriannya di urutan belakang, tentu saja pembeli cukup lama menunggu. Namun para pembeli itu, termasuk Lisa harus sabar menunggu gilirannya datang. . Padahal pedagang bubur ini dibantu dua orang pekerjanya.
“Saya pernah mendapat nomor antrian di belakang,” kenang Lisa.
Untuk sarapan pagi di kawasan Jalan Dhoho harus datang pagi sebelum toko-toko buka, karena pedagang makanan itu mengakhiri dagangan mereka ketika toko sudah mulai buka. Biasanya toko buka sekitar pukul 08:00 WIB.

Foto Kediri - Deretan toko masih tampak tertutup rapat di sepanjang Jalan Dhoho Kota Kediri, menandai belum dimulainya aktifitas bisnis mereka. Tapi bukan berarti tidak ada geliat bisnis di jalan utama kota yang berjuluk Kota Tahu itu. Malah sepanjang 24 jam kawasan itu digunakan pedagang untuk berjualan.
Sebagai pusat kegiatan bisnis, sepanjang Jalan Dhoho tidak pernah sepi dari aktivitas jual beli, tak terkecuali pada dini hari. Ketika toko-toko belum membuka gerai dan ketika lalu lalang kendaraan masih tampak sepi, di sepanjang pinggiran jalan itu para pedagang kaki lima memanfatkannya untuk menjajakan makanan dan minuman.
Dari arah utara mulai perempatan Jalan Hayam Wuruk-Jalan Dhoho hingga ke selatan mendekati perempatan dengan Jalan Patimura berderet penjual makanan dan minuman. Mereka menjajakannya menggunakan rombong, mobil pribadi yang difungsikan untuk berjualan, motor bak roda tiga, hingga yang hanya bermodalkan bakul yang digendong.
Mereka memanfaatkan pinggiran jalan sebagai tempat berjualan dan trotoar untuk tempat para pembelinya. Bila trotoar itu di rasa kurang luas, para pedagang cukup menyediakan kursi plastik untuk pembelinya di sisi tempat berjualan mereka.
Berbagai ragam makanan dijajakan para pedagang kecil itu. Dari yang sekedar berjualan kopi hingga roti dengan menggunakan rombong becak bertuliskan 'Roti Orion' berjejer di pinggiran jalan. Namun rata-rata yang dijajakan untuk sarapan pagi adalah nasi pecel dan sambel tumpang. Ada pula pedangan yang menjual nasi padang, nasi liwet, nasi kuning, gudeg Yogya dan bubur ayam. (Baca: Orion, Roti Jadul Sejak Jaman Belanda yang Kini Diburu warga Luar Kota)
Rata-rata dagangan mereka ramai dikunjungi pembeli karena kawasan Jalan Dhoho sudah dikenal sebagai salah satu pusat kuliner baik di malam hari ataupun pagi hari. Bila malam hari mereka berjualan ketika toko sudah tutup dan bila pagi hari ketika toko belum buka.
Salah satu penjual makanan untuk sarapan pagi yang ramai dikunjungi pembeli adalah bubur ayam ‘Immanuel’ yang menjajakannya di depan toko sepatu dan sandal ‘Buccheri’ . Penjualnya seorang wanita keturunan Tionghoa.
Pembelinya pun antri menunggu giliran sesuai urutan antriannya. Tampak para pembeli yang telah mendapat antrian menyantap bubur dengan lahapnya. Dua anggota keluarga bersama seorang anaknya sedang menyantap bubur di atas trotoar yang dialasi selembar tikar, semantara yang lainnya duduk diatas kursi plastik tanpa meja.
Namun tak sedikit pula pembeli yang tidak makan di tempat. Mereka membawa pulang untuk disantap di rumahnya. Alasannya pun bermacam-macam. Ada yang karena tempat sudah penuh dan ada pula atas pesanan anggota keluarganya.
Lalu lalang kendaraan yang melintasi Jalan Dhoho pada pukul 07:00 WIB itu sudah mulai agak ramai. Salah satu pelintas jalan itu seorang ibu-ibu. Ia meminggirkan motor matic-nya di samping orang-orang yang sedang menikmati sarapan pagi dengan bubur ayam itu. Ia pun ikut mengantri memesan bubur.
Wanita itu adalah Zaqroq Elisya Zen (43) yang tinggal di kawasan Jamsaren, Kota Kediri. Ia membeli dua bungkus bubur atas pesanan anaknya. Ia dan keluarganya yang telah menjadi langganan tetap, memang sering sarapan pagi dengan bubur ini.
“Anak saya tidak mau jika bukan bubur Immanuel. Enak sih, menurutku enak, karena itu anakku selalu minta dibelikan di sini,” ujar Lisa, Rabu, 29 November 2017 .
Pada hari Minggu, para pedagan makanan itu termasuk penjual bubur ayam Emmanuel tidak berjualan di Jalan Dhoho karena seluruh tempat di kawasan itu digunakan oleh Pemerintah Kota Kediri untuk kegiatan Car Free day. Mereka memilih memindahkan tempat dagangannya.
“Kalau hari minggu, penjual buburnya pindah ke Brawijaya depan BNI,” ujarnya.
Lisa menceritakan, ia pernah sarapan pagi di bubur ayam Immanuel pada hari Minngu. Ia mendatanginya di Jalan Brawijaya. Menurutnya, pada hari Minggu pembelinya membludak meski telah memindahkan tempat dagangannya. Karena itu penjual bubur pun harus menggunakan kartu antrian buat pembelinya.
Jika nomor antriannya di urutan belakang, tentu saja pembeli cukup lama menunggu. Namun para pembeli itu, termasuk Lisa harus sabar menunggu gilirannya datang. . Padahal pedagang bubur ini dibantu dua orang pekerjanya.
“Saya pernah mendapat nomor antrian di belakang,” kenang Lisa.
Untuk sarapan pagi di kawasan Jalan Dhoho harus datang pagi sebelum toko-toko buka, karena pedagang makanan itu mengakhiri dagangan mereka ketika toko sudah mulai buka. Biasanya toko buka sekitar pukul 08:00 WIB.