[caption id="attachment_332" align="aligncenter" width="640"] Arumi Bachsin (kedua dari kanan) berfoto bersam...
[caption id="attachment_332" align="aligncenter" width="640"]
Arumi Bachsin (kedua dari kanan) berfoto bersama sejumlah perempuan yang datang menyaksikan Dhoho Street Fashion 3 yang digelar di Taman Sekartaji Kota Kediri, Kamis 14 Desember 2017[/caption]
Foto Kediri - Puluhan model berlenggak lenggok di Taman Sekartaji Kota Kediri , Kamis 14 Desember 2017. Para model yang tampil ini mengenakan kreasi tenun ikat khas Kota Kediri dari desainer-desainer cilik SMKN 3 Kediri dan beberapa desainer lain asal Kota Kediri.
Mengusung tema Dhoho Street Fashion 3rd "Mengikat Kediri. Yang muda yang menenun, event ini memperkenalkan Tenun Ikat Bandar Kidul Kota Kediri kepada masyarakat luas dalam bentuk Fashion Show.
Hadir dalam kegiatan ini antara lain Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar, Wakil Wali Kota Kediri, Lilik Muhibbah, istri Bupati Trenggalek, Arumi Bachsin , Kapolresta Kediri, AKBP Anthon Haryadi.
Kedatangan Arumi Bachsin, Ketua Dekranasda Kabupaten Trenggalek sempat mencuri perhatian ratusan penonton. Begitu peragaan busana usai, penonton, terutama kaum perempuan ramai mengerubutinya. Mereka mengajak Arumi untuk berswafoto.
Arumi sengaja datang ke Kota Kediri untuk menyaksikan fashion yang mengangkat kain tenun ikat khas Kota Kediri menjadi busana keseharian. Selaku Ketua Dekranasda Kabupaten Trenggalek, Arumi juga tengah berupaya untuk mengembangkan busana dari kain tenun khas Trenggalek.
"Asal muasalnya tenun di Trenggalek ternyata juga berasal dari Kediri. Makanya kami perlu berguru langsung dari asal muasalnya," ungkapnya.
Dari hasil pengamatannya, kain tenun ternyata dapat dibuat berbagai desain busana yang menarik. "Busananya kasual dan bagus banget," tambahnya.
Untuk itu Arumi mengaku perlu belajar lebih banyak dari Kota Kediri guna mengangkat potensi kain tenun yang ada di Kabupaten Trenggalek.
Arumi yang juga istri Bupati Trenggalek, Emil Elistianto Dardak ini juga memuji hasil karya desainer Didiet Maulana yang mampu mengeksplorasi kelebihan kain tenun. Sehingga mampu menghasilkan karya busana kasual yang sangat menarik.
"Desainernya Didiet Maulana keren dan jauh lebih kasual dan bagus dipakai anak muda. Ini sangat bagus untuk diteruskan kepada generasi berikutnya. Karena kain tenun keren banget," tandasnya. (Baca: Desainer Ternama Jakarta Kagumi Tenun Ikat Kediri)
[caption id="attachment_333" align="aligncenter" width="640"]
Foto: merdeka.com[/caption]
Ketua Dekranasda Kota Kediri Ferry Sylviana Abu Bakar berharap kain tenun khas Kota Kediri bisa dikenal dan digunakan masyarakat luas untuk pakaian sehari-hari.
Dalam acara tersebut, Bunda Fey juga menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam mensukseskan Dhoho Street Fashion 3. Semoga acara tersebut bisa dinikmati masyarakat dan tahun depan, di Dhoho Street Fashion 4 akan menjadi lebih meriah lagi.
Dalam acara yang sama, Siti Rukayah satu penggiat tenun ikat di Kota Kediri menyampaikan sejarah singkat tenun ikat Bandar Kidul kepada masyarakat. Yang awalnya tenun hanya berupa sarung goyor dengan motif lurik saja, mulai tahun 70an motifnya semakin beragam dengan adanya mesin menenun. Namun, hadirnya mesin tenun ini membuat khawatir penenun konvensional.
"Kita coba cari ide dan mulai berkreasi membuat tenun yang tidak bisa dibuat dengan mesin dan Tenun Ikat Bandar Kidul inilah hasilnya. Semakin berkembangnya jaman, motif kita juga semakin dikreasikan agar produk kita bisa dinikmati masyarakat dengan nyaman," ujarnya.
[caption id="attachment_334" align="aligncenter" width="640"]
Foto: merdeka.com[/caption]
Tidak lupa, apresiasi juga disampaikan Siti Rukayah kepada Pemerintah Kota Kediri. "Pemkot selalu memfasilitasi kita di berbagai pameran dimana saja sampai tenun ikat Bandar Kidul saat ini dikenal hingga luar negeri," ujarnya.
Bahkan pada bulan Februari 2018, Tenun Ikat Bandar Kidul akan dibawa pameran di Amerika. Selain Amerika, saat ini negeri sakura Jepang juga tengah melirik kreatifitas dari tenun ikat khas dari Kota Kediri ini. "Kita ditawari untuk ke Jepang dan mencoba membuat desain pakaian kimono menggunakan kain Tenun Ikat Bandar Kidul," ujar Siti Rukayah.

Foto Kediri - Puluhan model berlenggak lenggok di Taman Sekartaji Kota Kediri , Kamis 14 Desember 2017. Para model yang tampil ini mengenakan kreasi tenun ikat khas Kota Kediri dari desainer-desainer cilik SMKN 3 Kediri dan beberapa desainer lain asal Kota Kediri.
Mengusung tema Dhoho Street Fashion 3rd "Mengikat Kediri. Yang muda yang menenun, event ini memperkenalkan Tenun Ikat Bandar Kidul Kota Kediri kepada masyarakat luas dalam bentuk Fashion Show.
Hadir dalam kegiatan ini antara lain Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar, Wakil Wali Kota Kediri, Lilik Muhibbah, istri Bupati Trenggalek, Arumi Bachsin , Kapolresta Kediri, AKBP Anthon Haryadi.
Kedatangan Arumi Bachsin, Ketua Dekranasda Kabupaten Trenggalek sempat mencuri perhatian ratusan penonton. Begitu peragaan busana usai, penonton, terutama kaum perempuan ramai mengerubutinya. Mereka mengajak Arumi untuk berswafoto.
Arumi sengaja datang ke Kota Kediri untuk menyaksikan fashion yang mengangkat kain tenun ikat khas Kota Kediri menjadi busana keseharian. Selaku Ketua Dekranasda Kabupaten Trenggalek, Arumi juga tengah berupaya untuk mengembangkan busana dari kain tenun khas Trenggalek.
"Asal muasalnya tenun di Trenggalek ternyata juga berasal dari Kediri. Makanya kami perlu berguru langsung dari asal muasalnya," ungkapnya.
Dari hasil pengamatannya, kain tenun ternyata dapat dibuat berbagai desain busana yang menarik. "Busananya kasual dan bagus banget," tambahnya.
Untuk itu Arumi mengaku perlu belajar lebih banyak dari Kota Kediri guna mengangkat potensi kain tenun yang ada di Kabupaten Trenggalek.
Arumi yang juga istri Bupati Trenggalek, Emil Elistianto Dardak ini juga memuji hasil karya desainer Didiet Maulana yang mampu mengeksplorasi kelebihan kain tenun. Sehingga mampu menghasilkan karya busana kasual yang sangat menarik.
"Desainernya Didiet Maulana keren dan jauh lebih kasual dan bagus dipakai anak muda. Ini sangat bagus untuk diteruskan kepada generasi berikutnya. Karena kain tenun keren banget," tandasnya. (Baca: Desainer Ternama Jakarta Kagumi Tenun Ikat Kediri)
[caption id="attachment_333" align="aligncenter" width="640"]

Ketua Dekranasda Kota Kediri Ferry Sylviana Abu Bakar berharap kain tenun khas Kota Kediri bisa dikenal dan digunakan masyarakat luas untuk pakaian sehari-hari.
Dalam acara tersebut, Bunda Fey juga menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam mensukseskan Dhoho Street Fashion 3. Semoga acara tersebut bisa dinikmati masyarakat dan tahun depan, di Dhoho Street Fashion 4 akan menjadi lebih meriah lagi.
Dalam acara yang sama, Siti Rukayah satu penggiat tenun ikat di Kota Kediri menyampaikan sejarah singkat tenun ikat Bandar Kidul kepada masyarakat. Yang awalnya tenun hanya berupa sarung goyor dengan motif lurik saja, mulai tahun 70an motifnya semakin beragam dengan adanya mesin menenun. Namun, hadirnya mesin tenun ini membuat khawatir penenun konvensional.
"Kita coba cari ide dan mulai berkreasi membuat tenun yang tidak bisa dibuat dengan mesin dan Tenun Ikat Bandar Kidul inilah hasilnya. Semakin berkembangnya jaman, motif kita juga semakin dikreasikan agar produk kita bisa dinikmati masyarakat dengan nyaman," ujarnya.
[caption id="attachment_334" align="aligncenter" width="640"]

Tidak lupa, apresiasi juga disampaikan Siti Rukayah kepada Pemerintah Kota Kediri. "Pemkot selalu memfasilitasi kita di berbagai pameran dimana saja sampai tenun ikat Bandar Kidul saat ini dikenal hingga luar negeri," ujarnya.
Bahkan pada bulan Februari 2018, Tenun Ikat Bandar Kidul akan dibawa pameran di Amerika. Selain Amerika, saat ini negeri sakura Jepang juga tengah melirik kreatifitas dari tenun ikat khas dari Kota Kediri ini. "Kita ditawari untuk ke Jepang dan mencoba membuat desain pakaian kimono menggunakan kain Tenun Ikat Bandar Kidul," ujar Siti Rukayah.