[caption id="attachment_668" align="aligncenter" width="640"] Komisi B DPRD Jawa Timur bersama Dinas Pertania...
[caption id="attachment_668" align="aligncenter" width="640"]
Komisi B DPRD Jawa Timur bersama Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian Perdagangan (Disperindag) dan Biro Administrasi Sumber Daya Alam (SDA) di Pasar Induk Pare Selasa 10 Januari 2017 - Foto: Berita Jatim[/caption]
Foto Kediri - Ketersediaan dan harga bahan pangan diklaim aman dan stabil menyambut Natal dan Tahun Baru 2018. Namun, kenyataan di lapangan, harga berbagai bahan pangan dalam menyambut Natal dan Tahun Baru 2018 terjadi anomali cukup siginifikan. Contohnya harga cabe.
Sejak enam hari terakhir harga cabe di Pasar Induk Pare, Kabupaten Kediri melonjak. Banyaknya permintaan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru diperkirakan menjadi penyebabnya.
‘Harganya sangat fluktuatif. Pagi dan siang tidak sama,” terang Ewo, seorang pedagang di Pasar Induk Pare, Minggu, 24 Desember 2017. (Baca: Masyarakat Kediri Olah Cabe Menjadi Pasta)
[ads1]
Kemaren pagi harga cabe rawit merah berada di kisaran Rp 19 ribu per kilogram. Namun sore harinya harganya naik tajam menjadi Rp 35 ribu per kilogram. Beberapa hari sebelumnya tembus Rp 45 ribu per kilogram.
Hal itu tergolong mengejutkan. Pasalnya, saat ini di Kediri sedang Panen Raya. Dalam kondisi demikian, biasanya harga komoditas biasanya anjlok. Seperti dua minggu sebelumnya, harga cabe anjok di kisaran Rp 10 ribu per kilogramnya.
Faktor penyebab melonjaknya harga cabe permintaan yang tinggi menjelang hari besar seperti perayaan Natal dan Tahun Baru. Sebagaimana biasanya pada hari besar permintaan komoditas bahan pangan memang meningkat.
“Terutama dari umat Kristiani yang merayakan Natal,” ujarnya.
[ads1]
Jika cabe rawit merah harganya perlahan naik maka nasib cabe rawit hijau malah kebalikannya. Harga cabe rawit hijau justru anjlok. Empat hari lalu masih di kisaran Rp 14 ribu per kilogram.
“Hari ini anjlok lagi jadi Rp 12 ribu per kilogram,” ujar Ewo. (Baca: Harga Telur dan Daging Ayam Merambat Naik)
Sementara itu secara nasional pasokan komoditas seperti cabe dan bawang merah dinilai aman. Hal itu sebagaimana disampaikan Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Spudnik Sujono.Berdasarkan pantauan dan identifikasi tim cabai dan bawang di lapangan, sejumlah bahan pangan mengalami surplus pasokan karena hasil panen melimpah.
"Kita perlu waspada dengan adanya pihak-pihak yang memanfaatkan momen hari besar dan kondisi cuaca ini, untuk menaikkan harga bahan pangan pokok di pasar sedangkan harga di petani kami tetap rendah," kata Spudnik di Jakarta, Senin 25 Desember 2017.
Dijelaskan oleh Spudnik, ketersediaan bawang merah pada Desember sebesar 123.849 ton dari kebutuhan 109.437 ton. Atau, surplus 14.412 ton.
Selanjutnya, ketersediaan cabai besar pada Desember sebesar 104.064 ton dari kebutuhan 95.652 ton, atau surplus 8.412 ton. Selain itu, ketersediaan cabai rawit pada Desember 81.637 ton dari kebutuhan 73.099 ton, atau surplus 8.538 ton.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, saat ini harga bawang merah di tingkat petani/produsen Rp 7.000 (Demak, Pati dan Cirebon), Brebes dan Rp 8.000, Bima Rp. 9.000, Solok Rp 11.000, Garut, Majalengka dan Malang Rp 12.000.
Harga pasar induk Kramat jati Rp 12.000 sedangkan harga rata rata Rp 13.077. Namun, harga di tingkat konsumen mencapai Rp 30.000. "Ada peningkatan harga 400 persen bila dibandingkan dengan harga di tingkat petani," ujarnya.
Lokasi panen bawang merah saat ini yaitu Brebes : 2.800 Ha, Enrekang : 1.084 Ha, Demak : 921 Ha, Solok : 689 Ha. "Bawang merah sudah kita ekspor kurang lebih 10.500 ton ke beberapa negara ASEAN seperti Thailand, Singapura, Malaysia, Vietnam, Timor Leste," ungkap Spudnik.
Diungkapkan oleh Spudnik, harga cabe rawit merah di tingkat petani/produsen Rp 8.500 (di Jeneponto). Bandung, Ciamis Kulon Progo, Bantul, di kisaran Rp 12.000 - Rp 13.000. Lamongan, Sumbawa dan Sampang Rp 10.000. Banyuwangi, Sumenep dan Lumajang Rp 14.000 - Rp 15.000. Tasikmalaya dan Lombok Timur Rp 15.000.
Namun, harga di tingkat konsumen Rp 35.000- Rp 40.000. "Ada peningkatan harga 605 persen bila dibandingkan dengan harga di tingkat petani," ucapnya.
Saat ini, lokasi panen cabe rawit merah berada di Lombok timur : 2.000 Ha, Jember : 1.500 Ha, Banjarnegara :1.296 Ha, Garut : 928 Ha, Kediri : 880 Ha, Blitar : 870 Ha, Malang : 766 Ha. (Baca: Desa Sentra Produksi Cabe Ini Latih Ibu-Ibu Rangkai Bunga Akrilik)
Sementara, cabe merah keriting di tingkat petani, harga terendah Rp 9.000 di Jeneponto. Di Enrekang Rp 12.000. Sumbawa, Mamuju Rp 15.000. Harga di wilayah Jawa Timur kisaran Rp 17.000 - Rp 19.000 ( Malang, Kediri, Blitar). Maros dan Bantaeng Rp 16.000 - 17.000.
Jawa Barat kisaran Rp 18.000 - Rp 21.000 (Majalengka, Garut, Bandung, Tasikmalaya). "Sedangkan harga di tingkat retail Jakarta Rp 35.000 - Rp 50.000. Ada peningkatan harga 455 persen bila dibandingkan dengan harga di tingkat petani," terang Spudnik.
Lokasi panen Cabe besar saat ini ialah Garut : 1.028 Ha, Kulon Progo : 900 Ha, Brebes : 945 Ha, Rejang Lebong : 893 Ha, Kerinci : 868 Ha, Malang 500 Ha, Majalengka : 450 Ha.

Foto Kediri - Ketersediaan dan harga bahan pangan diklaim aman dan stabil menyambut Natal dan Tahun Baru 2018. Namun, kenyataan di lapangan, harga berbagai bahan pangan dalam menyambut Natal dan Tahun Baru 2018 terjadi anomali cukup siginifikan. Contohnya harga cabe.
Sejak enam hari terakhir harga cabe di Pasar Induk Pare, Kabupaten Kediri melonjak. Banyaknya permintaan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru diperkirakan menjadi penyebabnya.
‘Harganya sangat fluktuatif. Pagi dan siang tidak sama,” terang Ewo, seorang pedagang di Pasar Induk Pare, Minggu, 24 Desember 2017. (Baca: Masyarakat Kediri Olah Cabe Menjadi Pasta)
[ads1]
Kemaren pagi harga cabe rawit merah berada di kisaran Rp 19 ribu per kilogram. Namun sore harinya harganya naik tajam menjadi Rp 35 ribu per kilogram. Beberapa hari sebelumnya tembus Rp 45 ribu per kilogram.
Hal itu tergolong mengejutkan. Pasalnya, saat ini di Kediri sedang Panen Raya. Dalam kondisi demikian, biasanya harga komoditas biasanya anjlok. Seperti dua minggu sebelumnya, harga cabe anjok di kisaran Rp 10 ribu per kilogramnya.
Faktor penyebab melonjaknya harga cabe permintaan yang tinggi menjelang hari besar seperti perayaan Natal dan Tahun Baru. Sebagaimana biasanya pada hari besar permintaan komoditas bahan pangan memang meningkat.
“Terutama dari umat Kristiani yang merayakan Natal,” ujarnya.
[ads1]
Jika cabe rawit merah harganya perlahan naik maka nasib cabe rawit hijau malah kebalikannya. Harga cabe rawit hijau justru anjlok. Empat hari lalu masih di kisaran Rp 14 ribu per kilogram.
“Hari ini anjlok lagi jadi Rp 12 ribu per kilogram,” ujar Ewo. (Baca: Harga Telur dan Daging Ayam Merambat Naik)
Sementara itu secara nasional pasokan komoditas seperti cabe dan bawang merah dinilai aman. Hal itu sebagaimana disampaikan Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Spudnik Sujono.Berdasarkan pantauan dan identifikasi tim cabai dan bawang di lapangan, sejumlah bahan pangan mengalami surplus pasokan karena hasil panen melimpah.
"Kita perlu waspada dengan adanya pihak-pihak yang memanfaatkan momen hari besar dan kondisi cuaca ini, untuk menaikkan harga bahan pangan pokok di pasar sedangkan harga di petani kami tetap rendah," kata Spudnik di Jakarta, Senin 25 Desember 2017.
Dijelaskan oleh Spudnik, ketersediaan bawang merah pada Desember sebesar 123.849 ton dari kebutuhan 109.437 ton. Atau, surplus 14.412 ton.
Selanjutnya, ketersediaan cabai besar pada Desember sebesar 104.064 ton dari kebutuhan 95.652 ton, atau surplus 8.412 ton. Selain itu, ketersediaan cabai rawit pada Desember 81.637 ton dari kebutuhan 73.099 ton, atau surplus 8.538 ton.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, saat ini harga bawang merah di tingkat petani/produsen Rp 7.000 (Demak, Pati dan Cirebon), Brebes dan Rp 8.000, Bima Rp. 9.000, Solok Rp 11.000, Garut, Majalengka dan Malang Rp 12.000.
Harga pasar induk Kramat jati Rp 12.000 sedangkan harga rata rata Rp 13.077. Namun, harga di tingkat konsumen mencapai Rp 30.000. "Ada peningkatan harga 400 persen bila dibandingkan dengan harga di tingkat petani," ujarnya.
Lokasi panen bawang merah saat ini yaitu Brebes : 2.800 Ha, Enrekang : 1.084 Ha, Demak : 921 Ha, Solok : 689 Ha. "Bawang merah sudah kita ekspor kurang lebih 10.500 ton ke beberapa negara ASEAN seperti Thailand, Singapura, Malaysia, Vietnam, Timor Leste," ungkap Spudnik.
Diungkapkan oleh Spudnik, harga cabe rawit merah di tingkat petani/produsen Rp 8.500 (di Jeneponto). Bandung, Ciamis Kulon Progo, Bantul, di kisaran Rp 12.000 - Rp 13.000. Lamongan, Sumbawa dan Sampang Rp 10.000. Banyuwangi, Sumenep dan Lumajang Rp 14.000 - Rp 15.000. Tasikmalaya dan Lombok Timur Rp 15.000.
Namun, harga di tingkat konsumen Rp 35.000- Rp 40.000. "Ada peningkatan harga 605 persen bila dibandingkan dengan harga di tingkat petani," ucapnya.
Saat ini, lokasi panen cabe rawit merah berada di Lombok timur : 2.000 Ha, Jember : 1.500 Ha, Banjarnegara :1.296 Ha, Garut : 928 Ha, Kediri : 880 Ha, Blitar : 870 Ha, Malang : 766 Ha. (Baca: Desa Sentra Produksi Cabe Ini Latih Ibu-Ibu Rangkai Bunga Akrilik)
Sementara, cabe merah keriting di tingkat petani, harga terendah Rp 9.000 di Jeneponto. Di Enrekang Rp 12.000. Sumbawa, Mamuju Rp 15.000. Harga di wilayah Jawa Timur kisaran Rp 17.000 - Rp 19.000 ( Malang, Kediri, Blitar). Maros dan Bantaeng Rp 16.000 - 17.000.
Jawa Barat kisaran Rp 18.000 - Rp 21.000 (Majalengka, Garut, Bandung, Tasikmalaya). "Sedangkan harga di tingkat retail Jakarta Rp 35.000 - Rp 50.000. Ada peningkatan harga 455 persen bila dibandingkan dengan harga di tingkat petani," terang Spudnik.
Lokasi panen Cabe besar saat ini ialah Garut : 1.028 Ha, Kulon Progo : 900 Ha, Brebes : 945 Ha, Rejang Lebong : 893 Ha, Kerinci : 868 Ha, Malang 500 Ha, Majalengka : 450 Ha.