Foto Kediri - Napak tilas rute gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman di lereng Gunung Wilis dari Kediri menuju Bajulan, Nganjuk yang ba...

Foto Kediri - Napak tilas rute gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman di lereng Gunung Wilis dari Kediri menuju Bajulan, Nganjuk yang baru saja digelar ada hal yang menjadi pesan perjuangan sang jenderal. (Baca: Sebanyak 750 Peserta Ambil Bagian Napak Tilas Jenderal Soedirman Kediri-Bajulan)
Menjelang pemberangkatan digelar cerita fragmen tari gerilya Jenderal Soedirman yang dibawakan oleh anak-anak. Mereka adalah para pelajar dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tergabung dalam Sanggar Seni Langit. Sanggar ini berada di Kelurahan Burengan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri yang dipimpin oleh Agus Budianto.
Digelarnya fragmen tari untuk lebih memahamkan sejarah pada masyarakat. Sebab, sejarah bukan pada teks saja. Sejarah perjuangan bisa disampaikan dalam bentuk visual. Deengan cara itu, masyarakat lebih mudah mengenal area itu.
" Terutama generasi anak, menjadi lebih mudah dalam memahami," ujar Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri, Nur Muhyar.
[ads1]
Pimpinan Sanggar Seni Langit mengatakan, untuk menampilan fragmen itu ia hanya memiliki waktu 10 hari untuk mempersiapkan anak didiknya memperagakan perjuangan Jendral Soedirman bersama rakyat Indonesia dalam perang gerilya tersebut. (Baca: Peragaan Busana Buah dan Sayuran Meriahkan Meriahkan Germas Kota Kediri)
Dikisahkan dalam fragmen itu, dalam perang Gerilya, Jendral Soedirman memimpin pasukan diatas tandu. Sebab kondisinya yang lemah akibat penyakit Bronchitis yang dideritanya.
Kala itu Indonesia telah merdeka. Tetapi kedaulatan republik berusaha direbut kembali oleh Belanda, melalui agresi militernya yang ke-II. Tentara penjajah berusaha menguasai kembali nusantara dengan melakukan berbagai serangan.
[ads1]
Melihat penderitaan rakyatnya, Jendral Soedirman tersentak hatinya untuk berjuang mengusir penjajah. Dengan mengumpulkan para pemuda dan masyarakat Indonesia, akhirnya Soedirman memimpin perang gerilya.
Awal mula terjadinya perang ini yakni, pasukan tentara Belanda melakukan serangan penyerangan militer ke II. Belanda menyerang melalui udara, laut dan darat ke seluruh wilayah Nusantara. Tujuannya adalah menguasai nusantara kembali dengan cara keseluruhan.
Dalam upaya merebut kembali Indonesia, Belanda melakukan penjajahan lagi. Mereka memperlakukan rakyat secara keji. Menakut-nakuti, menganiaya dan merampas harta bendanya. Akhirnya Jendral Soedirman memimpin rakyat untuk merebut kembali kedaulatan NKRI.
Dalam penyerangannya, tentara Belanda merasa kewalahan dengan taktik perang gerilya yang dimpin Jendral Soedirman. Sebab, setiap target yang diserang Belanda, banyak yang telah kosong, namun pada saat yang tak disangka-sangka, tentara republi menyerang kedudukan Belanda dengan cepat. Akibatnya, koordinasi Belanda menjadi tidak seimbang dan mereka terpukul mundur.
"Kami menceritakan tentang berangkatnya pak Dirman (Jendral Soeirman) yang hendak bergerilya. Kala itu, tahun 1949, Belanda melakukan agresi militernya yang ke-II. Rencana pak Dirman untuk pergi bergerilya itu meneruskan perjuangan, karena beliau sudah menghadap Bung Karno. Dan pak Karno saat itu bilang akan berjuang lewat politik, sementara pak Dirman melalui jalur gerilya," jelas Agus.
Sebagaimana yang telah diberitakan, lomba napak tilas rute gerilya Jendral Soedirman Kediri-Bajulan pada tahun ini diikuti kurang lebih 750 orang. Mereka berasal dari para pelajar, mahasiswa, kelompok masyarakat, PNS, TNI dan Polri. Setiap peserta harus menaklukkan rute sejauh 27 kilometer (km) dari mulai start di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kota Kediri hingga ke Bajulan. Peserta paling cepat mendapatkan hadiah berupa uang pembinaan dan piala. (Foto: Mas Abu: Kediri Memorial Park, Ruang Publik untuk Kenang Jasa Pahlawan)