[caption id="attachment_288" align="aligncenter" width="640"] Ilustrasi gombal amoh[/caption] Foto Kediri - ...
[caption id="attachment_288" align="aligncenter" width="640"]
Ilustrasi gombal amoh[/caption]
Foto Kediri - Enam pelajar SMP dengan pakaian seragam lengkap dengan atribut sekolah yang masih lekat pada mereka sedang nongkrong di warung kopi yang tidak terlalu besar. Mereka teriak-teriak mengumpat sembari menyebut (maaf) genital salah satu jenis kelamin. Mereka saat itu sedang memencet gadget android di tangan.
Rupanya mereka sedang bermain game online dan terancam kalah. Di warung itu, dari enam anak yang masih belia itu hanya tiga orang yang memesan minuman. Sisanya hanya memanfaatkan warung tersebut untuk bisa bersenang senang bersama temannya.
Rupanya ibu pemilik warung merasa terganggu dengan polah enam pelajar itu. Si ibu pemilik warung menyindirnya dengan mengatakan: “Bocah kok koyo gombal amoh” (Anak kok seperti pakaian rusak yang tidak berguna).
Gombal menurut Bausastra Jawa, Poerwadarminta, 1939, adalah pakaian yang sudah lama. Pasti warnanya pudar dan robek-robek karena lapuk. Sementara makna amoh adalah rusak parah.
Bagi masyarakat Kediri, kalimat gombal amoh bukan bermakna tentang bendanya. Ia merupakan kalimat majas yang kerap disematkan kepada seseorang yang menjengkelkan oleh beberapa sebab. Namun biasanya majas ini untuk menggambarkan seseorang yang tidak berguna.
Tidak semua masyarakat Kediri mengenal majas ini. Bagaimana pendapat pelajar Kediri mengenai majas gombal amoh ini?
‘Saya tidak akrab dengan kalimat ini. Yang saya tahu kalimat ini ungkapan kejengkelan seseorang kepada orang lainnya,” kata Ahmad Hima Mubayin, pelajar kelas 9 Mts Al-Makhrusiyah, Selasa 12 Desember 2017.
Menurut Hima, lingkungan tempat ia bergaul jarang menggunakan kalimat ini sebagai perumpamaan atas pribadi tertentu. Ia tak memungkiri mengetahui makna kalimat ini. "Tapi saya tau maknanya," katanya tanpa memberi tahu makna yang dimaksud.
Bagi Nur Indrawan Arifin, pelajar SMK Negeri 1 Kediri, kalimat gombal amoh merupakan majas yang buruk. Kalimat ini bukan mengenai bendanya.
Indra menerangkan, Jika kata gomal dan kata amoh digabungkan menjadi gombal amoh maka mengandung pengertian seseorang yang seperti kain yang sudah robek-robek karena tua yang tidak mungkin bisa digunakan lagi.
“Gombal amoh adalah kata majemuk menyangatkan. Yang namanya gombal pasti amoh. Pakaian yang sudah gombal jelas tidak layak pakai. Menyumbangkan pakaian yang sudah gombal plus amoh, sama saja dengan tidak memberikan sesuatu. Sama saja dengan bohong. Ia perumpamaan bagi seseorang yang tidak berguna. Ya sampah masyarakat lah,” kata Indra.
Menurutnya, bagi masyarakat Kediri, kalimat ini digunakan untuk mempredikasi seseorang yang membuat pihak lain merasa jengkel. Gombal amoh bahkan bisa digunakan untuk menstigma seseorang yang menyebalkan, merepotkan, dan merugikan pihak lain.
“Kalimat ini memang tidak asing bagi telinga masyarakat Kediri. Ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang menjadi sampah masyarakat,” katanya.
"Bagi Indra dalam perkembangannya, kalimat ini bukan hanya majas. Ia telah berkembang menjadi ungkapan sindiran, bahkan sebagai bahan bercanda sekelompok orang yang telah akrab. Biasanya untuk mencandai temannya.
"Ya seperti saya mengatakan kepada dia kamu ini gombal amoh," katanya sembari menunjuk ke temannya disertai tawa.
Senada dengan Indra, mahasiswa semester 3 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri, Yusuf Fatoni menyatakan, majas ini merupakan kalimat buruk yang menggambarkan pribadi sebagai sampah masyarakat.
“Untuk menggambarkan seseorang yang menjadi pribadi sampah masyarakat alias gak penting blas,” kata Yusuf.

Foto Kediri - Enam pelajar SMP dengan pakaian seragam lengkap dengan atribut sekolah yang masih lekat pada mereka sedang nongkrong di warung kopi yang tidak terlalu besar. Mereka teriak-teriak mengumpat sembari menyebut (maaf) genital salah satu jenis kelamin. Mereka saat itu sedang memencet gadget android di tangan.
Rupanya mereka sedang bermain game online dan terancam kalah. Di warung itu, dari enam anak yang masih belia itu hanya tiga orang yang memesan minuman. Sisanya hanya memanfaatkan warung tersebut untuk bisa bersenang senang bersama temannya.
Rupanya ibu pemilik warung merasa terganggu dengan polah enam pelajar itu. Si ibu pemilik warung menyindirnya dengan mengatakan: “Bocah kok koyo gombal amoh” (Anak kok seperti pakaian rusak yang tidak berguna).
Gombal menurut Bausastra Jawa, Poerwadarminta, 1939, adalah pakaian yang sudah lama. Pasti warnanya pudar dan robek-robek karena lapuk. Sementara makna amoh adalah rusak parah.
Bagi masyarakat Kediri, kalimat gombal amoh bukan bermakna tentang bendanya. Ia merupakan kalimat majas yang kerap disematkan kepada seseorang yang menjengkelkan oleh beberapa sebab. Namun biasanya majas ini untuk menggambarkan seseorang yang tidak berguna.
Tidak semua masyarakat Kediri mengenal majas ini. Bagaimana pendapat pelajar Kediri mengenai majas gombal amoh ini?
‘Saya tidak akrab dengan kalimat ini. Yang saya tahu kalimat ini ungkapan kejengkelan seseorang kepada orang lainnya,” kata Ahmad Hima Mubayin, pelajar kelas 9 Mts Al-Makhrusiyah, Selasa 12 Desember 2017.
Menurut Hima, lingkungan tempat ia bergaul jarang menggunakan kalimat ini sebagai perumpamaan atas pribadi tertentu. Ia tak memungkiri mengetahui makna kalimat ini. "Tapi saya tau maknanya," katanya tanpa memberi tahu makna yang dimaksud.
Bagi Nur Indrawan Arifin, pelajar SMK Negeri 1 Kediri, kalimat gombal amoh merupakan majas yang buruk. Kalimat ini bukan mengenai bendanya.
Indra menerangkan, Jika kata gomal dan kata amoh digabungkan menjadi gombal amoh maka mengandung pengertian seseorang yang seperti kain yang sudah robek-robek karena tua yang tidak mungkin bisa digunakan lagi.
“Gombal amoh adalah kata majemuk menyangatkan. Yang namanya gombal pasti amoh. Pakaian yang sudah gombal jelas tidak layak pakai. Menyumbangkan pakaian yang sudah gombal plus amoh, sama saja dengan tidak memberikan sesuatu. Sama saja dengan bohong. Ia perumpamaan bagi seseorang yang tidak berguna. Ya sampah masyarakat lah,” kata Indra.
Menurutnya, bagi masyarakat Kediri, kalimat ini digunakan untuk mempredikasi seseorang yang membuat pihak lain merasa jengkel. Gombal amoh bahkan bisa digunakan untuk menstigma seseorang yang menyebalkan, merepotkan, dan merugikan pihak lain.
“Kalimat ini memang tidak asing bagi telinga masyarakat Kediri. Ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang menjadi sampah masyarakat,” katanya.
"Bagi Indra dalam perkembangannya, kalimat ini bukan hanya majas. Ia telah berkembang menjadi ungkapan sindiran, bahkan sebagai bahan bercanda sekelompok orang yang telah akrab. Biasanya untuk mencandai temannya.
"Ya seperti saya mengatakan kepada dia kamu ini gombal amoh," katanya sembari menunjuk ke temannya disertai tawa.
Senada dengan Indra, mahasiswa semester 3 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri, Yusuf Fatoni menyatakan, majas ini merupakan kalimat buruk yang menggambarkan pribadi sebagai sampah masyarakat.
“Untuk menggambarkan seseorang yang menjadi pribadi sampah masyarakat alias gak penting blas,” kata Yusuf.