Foto Kediri - Kota yang dibelah sungai dinilai memiliki keindahan serta daya tarik sendiri. Kota seperti ini tampak lebih hidup sebagaimana...

Foto Kediri - Kota yang dibelah sungai dinilai memiliki keindahan serta daya tarik sendiri. Kota seperti ini tampak lebih hidup sebagaimana fungsi air yang memberikan kehidupan. Sungai Brantas memang lekat dengan Kota Kediri. Antara sungai dan kota memang menyimpan sejuta cerita, bahkan mitos yang dipercaya masyarakat. Sungai Brantas yang membelah Kota Kediri pun tampak bagai lekukan pita sutra panjang berwarna kuning dengan kilatan bangunan di sisinya.
Sungai Brantas membelah Kediri sebelah timur dengan Kediri sebelah barat. Kediri sebelah timur identik dengan pusat kegiatan perekonomian, dimana Pabrik Rokok Gudang Garam berada di kawasan ini. Sedangkan Kediri sebelah barat identik sebagai pusat pendidikan. (Baca: Pemilik Kerajaan Bisnis di Jalan Dhoho Dulu dan Kini)
Kedua kawasan ini dihubungkan oleh Jembatan Lama, Jembatan Baru dan Jembatan Semampir. Jembatan Brawijaya yang sedang mangkrak juga direncanakan akan menambah kemudahan akses antara dua kawa san itu.
[ads1]
Seiring meningkatnya gairah berwisata masyarakat Kediri, mangkraknya Jembatan Brawijaya justru digunakan sebagai wahana baru untuk memanjakan mata. Pengunjung memanfaatkan mangkraknya jembatan dengan jalan-jalan atau duduk santai memandangi pita sutra kuning itu. Mereka juga memanfaatkannya sebagai spot foto.
Sayangnya keindahan pita sutra kuning yang bernama Sungai Brantas itu di kala musim hujan ternoda oleh sampah yang menumpuk. Sampah-sampah itu tersangkut di tiang konstruksi jembatan. Di empat jembatan itu tampak sampah sedang melilit serta menumpuk di tiang konstruksi. (Baca: Yuk Sarapan Pagi di Jalan Dhoho)
Musim penghujan diduga menjadi penyebab terbawanya sampah oleh arus di Sungai Brantas. Setiap kali usai hujan deras di daerah hulu sungai sudah membuat debit air Sungai Brantas tambah naik. Peningkatan debit air ini juga menyeret pepohonan dan rumpun bambu yang hanyut terbawa arus.
Akibatnya, bermacam macam sampah yang hanyut lalu tersangkut di tiang jembatan. Seperti sampah yang menumpuk sebab tersangkut di pondasi Jembatan Lawas dan Jembatan Semampir. Sampah ini mulai batang pohon hingga dengan rumpun bambu. Malahan banyak tanaman gulma enceng gondok yang terbawa arus juga menumpuk di bawah jembatan.
[ads1]
Terpantau, Kamis 21 Desember 2017, bukan hanya sampah organik saja yang menumpuk, sampah anorganik seperti plastik dan peralatan rumah tangga juga turut antri di tiang-tiang jembatan. Bahkan ada kasur yang tersangkut di tiang konstruksi jembatan.
Tumpukan sampah ini kian hari kian bertambah banyak. Sebab volume hujan yang tinggi menyebabkan terbawanya sampah di hulu ke Sungai Brantas. Demikian pula sampah anorganik dari penduduk, di musim penghujan seperti ini terbawa arus air hujan ke arah sungai.
“Paling banyak rumpun bambu yang hanyut,” ungkap Prayit, yang biasa memulung kayu dan bambu yang hanyut.
Sejauh ini tumpukan sampah masih belum dibersihkan. Tumpukan paling banyak terlihat di bawah Jembatan Semampir. Sebab di lokasi jembatan ini sudah ada bangunan groundshil penahan pasir. Sehingga sampah-sampah tambah banyak menumpuk. Kebanyakan untuk kayu dan bambu yang terbawa arus dipungut oleh penduduk.
Meningkatnya debit air di Sungai Brantas seperti sekarang ini, pengambilan kayu dan bambu dari bawah jembatan menjadi sangat berbahaya. “Kini arusnya sangat deras serta sungainya dalam, tak ada yang berani mengambil,” tambah Mianto warga Semampir.
Jika di lihat dari Jembatan Brawijaya, tampak tumpukan sampah di tiang konstruksi jembatan lawas yang letaknya berada disebelahnya. Pengunjung yang terbiasa menikmati keindahan pita sutra kuning itu harus terganggu dengan hadirnya tumpukan sampah. Terkecuali jika tumpukan sampah dianggap keindahan baru yang layak dinikmati, bahkan untuk difoto. (Baca: Mas Abu: Kediri Memorial Park, Ruang Publik untuk Kenang Jasa Pahlawan)