[caption id="attachment_886" align="aligncenter" width="640"] Warga membawa beras usai berbelanja di pasar mu...
[caption id="attachment_886" align="aligncenter" width="640"]
Warga membawa beras usai berbelanja di pasar murah yang diselenggarakan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Kelurahan Semampir, Kota Kediri 8 Juni 2017 - Foto: Antara[/caption]
Foto Kediri - Kota Kediri mencetat inflasi sebesar 0,43 persen pada bulan Desember 2017 dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 126,77 poin dibandingkan dengan IHK November 2017 sebesar 126,23 poin. (Baca: Raih Delapan Penghargaan, Pemkot Kediri Gelar Refleksi Prestasi 2017)
Kondisi ini merupakan pencapaian terendah se-Jawa Timur dibandingkan daerah lain pada periode yang sama. Sementara berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur inflasi sebesar provinsi ini di bulan Desember mencapai 0,71 persen.
Dengan pembandingan ini , Kota Kediri merupakan pencapaian terendah se-Jawa Timur dibandingkan daerah lain pada periode yang sama, bahkan lebih rendah dari rata-rata inflasi Jawa Timur.
“Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, seluruhnya mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi di Surabaya sebesar 0,85 persen. Lalu inflasi terendah di Kediri dan Sumenep yaitu sebesar 0,43 persen,” kata Kepala Seksi Statistik dan Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri, Adi Wijaya, di Kediri, Rabu 3 Januari 2018.
[ads1]
Dijelaskan oleh Adi, inflasi di Kota Kediri pada bulan Desember 2017 dipengaruhi oleh kenaikan dan penurunan dari kelompok pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan antara lain kelompok bahan makanan sebesar 1,95 persen. Lalu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,01 persen.
“Ada pula kelompok kesehatan sebesar 0,03 persen, serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan naik sebesar 0,25 persen,” katanya.
Ditambahkannya, kelompok yang mengalami penurunan yaitu kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar rumah tangga turun sebesar 0,03 persen, serta kelompok sandang turun sebesar 0,21 persen.
“Akan tetapi, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga cenderung stabil,” katanya.
Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi di Kota Kediri pada bulan Desember 2017 antara lain telur ayam ras, daging ayam ras, dan tomat sayur. Selain itu, tarif angkutan antar kota, bayam, dan beras. Kenaikan inflasi komoditas di atas dipengaruhi faktor perayaan Hari Natal dan tahun baru. (Baca: Harga Telur dan Daging Ayam Merambat Naik)
“Di sisi lain juga dipicu kenaikan harga terong panjang, sawi hijau, kangkung, dan cabai merah,” katanya. (Baca: Harga Cabe di Pasar Induk Pare Melonjak)
Sedangkan komoditas yang memberikan tekanan terbesar terhadap inflasi di Kota Kediri pada bulan Desember 2017 antara lain semen, bawang merah, dan apel. Berikutnya penurunan harga gula pasir, baju muslim, ketela pohon, jeruk, emas perhiasan, lele, dan mie instan.
[ads1]
“Walau begitu, inflasi Kota Kediri pada tahun kalender 20117 sebesar 3,44 persen, sedangkan inflasi periode year on year atau periode Desember tahun 2017 terhadap Desember tahun 2016 mencapai 3,44 persen,” katanya.
Semantara itu, secara nasional, Indonesia mencatatkan laju inflasi sebesar 3,6 persen sepanjang tahun 2017. Tingkat inflasi pada 2017 lebih rendah dari APBNP 2017 yang sebesar 4,3 persen.
Kontribusi tertinggi inflasi 3,6 persen dari administered price, seperti harga listrik, bahan bakar minyak (BBM), gas, air, dan perumahaman. Inflasi pada administered price sepanjang 2017 ini sebesar 5,14 persen. Inflasi tinggi ini diikuti pada transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 4,23 persen.
Inflasi kemudian diikuti makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 4,10 persen. Adapun inflasi sandang sebesar 3,92 persen; pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 3,33 persen; kesehatan sebesar 2,99 persen; dan terakhir adalah dari bahan makanan sebesar 1,26 persen.
Sementara persentase kontribusi terhadap inflasi nasional dirincikan BPS, yaitu untuk administered price sebanyak 1,24 persen; transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebanyak 0,80 persen; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebanyak 0,69 persen; sandang sebanyak 0,25 persen; pendidikan, rekreasi dan olahraga sebanyak 0,25 persen; kesehatan sebanyak 0,13 persen; bahan makanan berkontribusi sebanyak 0,25 persen terhadap inflasi nasional.
Adapun lima komoditas yang memberikan andil besar dalam inflasi nasional 2017 sebesar 3,6 persen, menurut data BPS adalah tarif listrik (0,81 persen), biaya perpanjangan STNK (0,24 persen), ikan segar (0,2 persen), bensin (0,18 persen), dan beras (0,16 persen).
Inflasi pada 2017 memang lebih rendah dari prediksi, tapi lebih tinggi dari inflasi nasional pada 2016 yang sebesar 3,02 persen. Dibandingkan pada 2016, harga komoditas bahan makanan saat itu lebih banyak menyumbang inflasi, yaitu sebesar 1,21 persen.
Berdasar data komoditas, cabai merah menyumbang inflasi d iurutan pertama sebesar 0,35 persen. Urutan kedua, rokok kretek filter (0,18 persen), disusul bawang merah (0,17 persen), tarif angkutan udara (0,13 persen), serta bawang putih (0,11 persen).
Sepanjang 2017, inflasi tertinggi terjadi pada Januari sebesar 0,97 persen dan defasi tertinggi pada Agustus sebesar 0,07 persen. Sementara pada periode 2016, inflasi tertinggi terjadi di Juli dan deflasi tertinggi di April.

Foto Kediri - Kota Kediri mencetat inflasi sebesar 0,43 persen pada bulan Desember 2017 dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 126,77 poin dibandingkan dengan IHK November 2017 sebesar 126,23 poin. (Baca: Raih Delapan Penghargaan, Pemkot Kediri Gelar Refleksi Prestasi 2017)
Kondisi ini merupakan pencapaian terendah se-Jawa Timur dibandingkan daerah lain pada periode yang sama. Sementara berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur inflasi sebesar provinsi ini di bulan Desember mencapai 0,71 persen.
Dengan pembandingan ini , Kota Kediri merupakan pencapaian terendah se-Jawa Timur dibandingkan daerah lain pada periode yang sama, bahkan lebih rendah dari rata-rata inflasi Jawa Timur.
“Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, seluruhnya mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi di Surabaya sebesar 0,85 persen. Lalu inflasi terendah di Kediri dan Sumenep yaitu sebesar 0,43 persen,” kata Kepala Seksi Statistik dan Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri, Adi Wijaya, di Kediri, Rabu 3 Januari 2018.
[ads1]
Dijelaskan oleh Adi, inflasi di Kota Kediri pada bulan Desember 2017 dipengaruhi oleh kenaikan dan penurunan dari kelompok pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan antara lain kelompok bahan makanan sebesar 1,95 persen. Lalu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,01 persen.
“Ada pula kelompok kesehatan sebesar 0,03 persen, serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan naik sebesar 0,25 persen,” katanya.
Ditambahkannya, kelompok yang mengalami penurunan yaitu kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar rumah tangga turun sebesar 0,03 persen, serta kelompok sandang turun sebesar 0,21 persen.
“Akan tetapi, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga cenderung stabil,” katanya.
Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi di Kota Kediri pada bulan Desember 2017 antara lain telur ayam ras, daging ayam ras, dan tomat sayur. Selain itu, tarif angkutan antar kota, bayam, dan beras. Kenaikan inflasi komoditas di atas dipengaruhi faktor perayaan Hari Natal dan tahun baru. (Baca: Harga Telur dan Daging Ayam Merambat Naik)
“Di sisi lain juga dipicu kenaikan harga terong panjang, sawi hijau, kangkung, dan cabai merah,” katanya. (Baca: Harga Cabe di Pasar Induk Pare Melonjak)
Sedangkan komoditas yang memberikan tekanan terbesar terhadap inflasi di Kota Kediri pada bulan Desember 2017 antara lain semen, bawang merah, dan apel. Berikutnya penurunan harga gula pasir, baju muslim, ketela pohon, jeruk, emas perhiasan, lele, dan mie instan.
[ads1]
“Walau begitu, inflasi Kota Kediri pada tahun kalender 20117 sebesar 3,44 persen, sedangkan inflasi periode year on year atau periode Desember tahun 2017 terhadap Desember tahun 2016 mencapai 3,44 persen,” katanya.
Semantara itu, secara nasional, Indonesia mencatatkan laju inflasi sebesar 3,6 persen sepanjang tahun 2017. Tingkat inflasi pada 2017 lebih rendah dari APBNP 2017 yang sebesar 4,3 persen.
Kontribusi tertinggi inflasi 3,6 persen dari administered price, seperti harga listrik, bahan bakar minyak (BBM), gas, air, dan perumahaman. Inflasi pada administered price sepanjang 2017 ini sebesar 5,14 persen. Inflasi tinggi ini diikuti pada transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 4,23 persen.
Inflasi kemudian diikuti makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 4,10 persen. Adapun inflasi sandang sebesar 3,92 persen; pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 3,33 persen; kesehatan sebesar 2,99 persen; dan terakhir adalah dari bahan makanan sebesar 1,26 persen.
Sementara persentase kontribusi terhadap inflasi nasional dirincikan BPS, yaitu untuk administered price sebanyak 1,24 persen; transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebanyak 0,80 persen; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebanyak 0,69 persen; sandang sebanyak 0,25 persen; pendidikan, rekreasi dan olahraga sebanyak 0,25 persen; kesehatan sebanyak 0,13 persen; bahan makanan berkontribusi sebanyak 0,25 persen terhadap inflasi nasional.
Adapun lima komoditas yang memberikan andil besar dalam inflasi nasional 2017 sebesar 3,6 persen, menurut data BPS adalah tarif listrik (0,81 persen), biaya perpanjangan STNK (0,24 persen), ikan segar (0,2 persen), bensin (0,18 persen), dan beras (0,16 persen).
Inflasi pada 2017 memang lebih rendah dari prediksi, tapi lebih tinggi dari inflasi nasional pada 2016 yang sebesar 3,02 persen. Dibandingkan pada 2016, harga komoditas bahan makanan saat itu lebih banyak menyumbang inflasi, yaitu sebesar 1,21 persen.
Berdasar data komoditas, cabai merah menyumbang inflasi d iurutan pertama sebesar 0,35 persen. Urutan kedua, rokok kretek filter (0,18 persen), disusul bawang merah (0,17 persen), tarif angkutan udara (0,13 persen), serta bawang putih (0,11 persen).
Sepanjang 2017, inflasi tertinggi terjadi pada Januari sebesar 0,97 persen dan defasi tertinggi pada Agustus sebesar 0,07 persen. Sementara pada periode 2016, inflasi tertinggi terjadi di Juli dan deflasi tertinggi di April.