Foto: Facebook/Yuyk Andriati Foto Kediri - Kejujuran bila hanya sebagai citra, ia hanya tampak mewah namun kosong dan waktu akan men...
![]() |
Foto: Facebook/Yuyk Andriati |
Foto Kediri - Kejujuran bila hanya sebagai citra, ia hanya tampak mewah namun kosong dan waktu akan mengungkap kepalsuan itu. Akan tetapi ketika kejujuran menjadi kesadaran nilai ia bukan lagi konsep dalam ruang pengetahuan. Terlebih ketika didukung kode etik lingkungan kerja, pelaku kejujuran tak memerlukan retorika, apalagi gemerlap publisitas.
Diluar tugas sebagai sebagai Kepala Biro Humas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Yuyuk Andriati kerap tampil apa adanya, sebagaimana ketika menemui fotokediri.com. Tanpa make up yang mencolok dan asesoris yang membuat mata silau, penampilan sederhananya adalah cerminan kejujuran itu. Ia telah jujur terhadap dirinya sendiri.
Berbicara ceplas ceplos ia mengisahkan lingkungan kerjannya yang menuntut kejujuran. Sistem kerja di KPK dengan aturan kerja yang ketat tak membuatnya merasa berat, apalagi sebelumnya ia telah terbiasa dengan kondisi demikian ketika 4 tahun menjadi tenaga jurnalistik di Tempo dan 5 tahun sebagai manajer bank.
“Di KPK dilarang keras menggunakan inventaris kantor untuk kepentingan pribadi, walaupun sekedar memanfaatkan mesin foto kopi untuk kepentingan pribadi,” ucapnya, Jumat 5 Januari 2017.
Sudah jadi rahasia umum bahwa pegawai KPK haram hukumnya pernah menerima suatu barang, amplop, atau perlakuan istimewa dalam aktivitas sehari-hari. Yuyuk sering menolak ajakan teman untuk sekadar makan. Bahkan saat bertugas di daerah dia menolak berbagai fasilitas yang disediakan pemerintah setempat atau masyarakat, semisal antar jemput bandara, atau perlakuan istimewa lain.
Kejujuran menurutnya harus menjadi prinsip dalam semua sikap. Untuk membentuk karakter jujur, Ibu ternyata memiliki peran penting dalam hal pendidikan kejujuran. Hal itu berdasarkan survei yang dilakukan KPK perihal kejujuran di dalam keluarga.
“Ibu berperan untuk menanamkan kejujuran pada anak-anak. Dalam survey itu Perempuan punya peran yang sangat besar dalam keluarganya,” katanya. (Baca: Kemajuan Ekonomi Kediri Sebab Munculnya Perempuan yang Hebat)
Ihwal menanamkan kejujuran pada anak, Yuyuk mengisahkan peristiwa yang dialaminya. Suatu hari di tempat anaknya sekolah diadakan lomba menghias kelas.Oleh wali murid setiap siswa diminta membayar Rp 300 ribu untuk biaya mendekor kelas. Ternyata bukan siswa yang mendekorasi ruang kelas, akan tetapi diserahkan ke pihak lain.
“Saya enggak setuju karena itu gak mendidik. Seharusnya anak-anak itu menghias sendiri. Karena itu saya gak mau bayar dan minta anak saya diberi tugas apa. Hanya saya yang menolak cara-cara demikian,” kisahnya.
Hal lain yang membuatnya masygul hingga memutuskan memindahkan sekolah putri semata wayangnya lantaran ketika mengambilkan rapot, ia mendapati para orang tua murid pada memberikan kado ke guru. Yuyuk menolak perilaku demikian, apalagi dilakukan di lembaga pendidikan yang memiliki peran membantuk karakter siswa. (Baca: Dikenalkan Cara Pergunakan Uang, Siswa-Siswi SD Rahmat Menyerbu Findamart)
Di KPK ada program Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) yang menyasar kaum perempuan atau ibu. Tujuan idealnya adalah agar di setiap rumah, di dalam keluarga di Indonesia ada satu orang yang membiasakan bersikap jujur. Hal demikian ini efektif untuk kampanye anti korupsi.
Ketika para ibu atau perempuan telah menerapkan prinsip kejujuran hal itu akan terduplikasi ke lingkungan terdekatnya. Besar harapan akan menularkan semangat antikorupsi bukan hanya kepada suami dan anak-anaknya tetapi juga ke lingkungan sekitar melalui arisan, reuni, pengajian.
“Perilaku anti korupsi dimulai dari diri sendiri dulu,” ucap ibu dari Rasya ini.
SPAK sebuah gerakan yang menempatkan perempuan sebagai tokoh sentral pencegahan korupsi, baik sebagai ibu, istri, maupun profesional. Sejak diluncurkan pada 22 April 2014 dan hingga saat ini sudah berhasil mencetak ratusan agen SPAK di Yogyakarta, NTB, Bandung, Bogor, Semarang, Makassar, dan Jakarta.
Sosok Yuyuk memang tidak bisa lepas dari urusan pemberantasan korupsi. Sebagai Kepala Biro Humas KPK, hampir setiap hari dia melayani pertanyaan dari wartawan atau masyarakat terkait KPK. Secara mental perempuan lulusan SMAN 2 Kediri tahun 1991 ini memegang teguh kode etik. Baginya bekerja di KPK adalah jiwanya sehingga ia nyaman bekerja.
“Kalau udah terbiasa ya nyantai aja,” katanya.
Selama sembilan tahun mengabdi , peristiwa up down di KPK sudah dirasakannya. Peristiwa demi peristiwa telah dilaluinya hingga membekas di benak Yuyuk. Satu diantaranya upaya mengkriminalisasi KPK, perseteruan "cicak" dan "buaya", peristiwa yang menimpa BW, Abraham Samad hingga Novel Baswedan. Terlebih saat BW ditersangkakan, seluruh pegawai berjaga di kantor hingga 24 jam.
Bekerja di KPK menurutnya harus kuat menghadapi tekanan. Tak terhitung lagi demonstrasi yang dialamatkan untuk KPK. Nyaris tiap hari di depan kantor KPK ada unjuk rasa. Mulai dari demo rekayasa hingga demonstrasi masyarakat yang menuntut pejabatnya diproses.
“KPK nggak adil, pejabat di daerah saya kok nggak ditangkap,” ujar Yuyuk menirukan demonstran.
Di tengah kesibukannya sebagai Pelaksana Harian Kepala Biro Hubungan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Yuyuk Andriati Iskak selalu meluangkan waktu untuk keluarga, terutama putrinya, Rasya. Memanfaatkan momen cuti kerja serta liburan sekolah ia mengajak putrinya pulang kampung ke Kediri.
Di Kampung halamannya, ia mengajak putrinya jalan-jalan mencari suasana baru dalam perubahan Kota kelahirannya. Yuyuk pun terkesan mulai banyaknya ruang publik di kota Kediri. Salah satu taman yang dikaguminya adalah Taman Sekartaji. Bersama Rasya, ia merasakan keteduhan vegetasi taman itu di tengah kepungan udara panas kota ini. (Baca: Bersantai Sambil Menikmati Wifi Gratis, Datang ke Taman Sekartaji)
“Karena Senin saya harus kerja, besok sore (Sabtu) saya kembali ke Jakarta,” ucapnya.