Oleh: Abrahami Foto Kediri - Abraham Maslow sedang jenuh waktu ia menulis bukunya yang berjudul The Psicology of Science. Tampaknya beliau ...
Oleh: Abrahami

Foto Kediri - Abraham Maslow sedang jenuh waktu ia menulis bukunya yang berjudul The Psicology of Science. Tampaknya beliau muak melihat psikologi terlanjur menempatkan manusia hanya sebatas kumpulan fenomena prilaku. (Baca: Mengenal Social Anxiety Disorder, Alias Phobia Sosial)
Sebenarnya inti dari studi psikologi adalah bagaimana membuat manusia menemukan cara untuk keluar dari kecemasan. Dan satu-satunya cara itu adalah dengan pengetahuan. Tentu saja kita semua tau bahwa satu-satunya hal yang membuat manusia tidak bahagia adalah karena rasa takut. Dan rasa takut muncul karena ketidaktahuan.
Tapi Maslow punya satu masalah dengan Psikologi modern. Yakini sikap mekanistis yang bergantung pada prinsip stimulus-respon. Metode ini sangat bersebrangan dengan kenyataan dasar manusia yang memiliki perasaan dan kesadaran yang mendalam.
Menurut Maslow, satu satunya cara membuat manusia bahagia adalah dengan membuatnya menerima kenyataan. Inilah dosa utama yang disangkal oleh para Ilmuwan.
Kebanyakan mereka menolak kemampuan manusia untuk terlibat dan merasakan kenyataan sebagai sesuatu yang wajar. Doktrin Psikologi semacam Inilah yang mengakibatkan umat manusia sering mengalami disinformasi satu sama lainnya. (Baca: Ilmuwan Psikologi Bukanlah Peramal)
Tak jarang kita menyaksikan dua orang bertengkar karena satu masalah dengan melontarkan kata-kata yang bersebrangan dengab tujuan mencapai kata sepakat. Hal aneh semacam ini persis seperti meminta orang yang sedang tegang untuk santai, atau orang yang sedang marah untuk tenang.
Perkataan ini benar dan baik dan orang yang mendengarnya pahan betul bahwa itu benar, akan tetapi jarang sekali berguna karena pendengarnya tidak tau cara melakukannya.
Pola komunikasi yang didasari pengertian yang salah tentang manusia tentu akan mengantarkan manusia pada suatu jarak dengan kemanusiaan itu sendiri. Itulah kenapa politik, budaya, tradisi, ras bahkan hobi tak jarang memisahkan kita satu sama lain.
Kenapa? jawabnya hanya satu, karena kita kurang pengetahuan. Kenapa? karena kita jarang bersahabat dengan kenyataan

Foto Kediri - Abraham Maslow sedang jenuh waktu ia menulis bukunya yang berjudul The Psicology of Science. Tampaknya beliau muak melihat psikologi terlanjur menempatkan manusia hanya sebatas kumpulan fenomena prilaku. (Baca: Mengenal Social Anxiety Disorder, Alias Phobia Sosial)
Sebenarnya inti dari studi psikologi adalah bagaimana membuat manusia menemukan cara untuk keluar dari kecemasan. Dan satu-satunya cara itu adalah dengan pengetahuan. Tentu saja kita semua tau bahwa satu-satunya hal yang membuat manusia tidak bahagia adalah karena rasa takut. Dan rasa takut muncul karena ketidaktahuan.
Tapi Maslow punya satu masalah dengan Psikologi modern. Yakini sikap mekanistis yang bergantung pada prinsip stimulus-respon. Metode ini sangat bersebrangan dengan kenyataan dasar manusia yang memiliki perasaan dan kesadaran yang mendalam.
Menurut Maslow, satu satunya cara membuat manusia bahagia adalah dengan membuatnya menerima kenyataan. Inilah dosa utama yang disangkal oleh para Ilmuwan.
Kebanyakan mereka menolak kemampuan manusia untuk terlibat dan merasakan kenyataan sebagai sesuatu yang wajar. Doktrin Psikologi semacam Inilah yang mengakibatkan umat manusia sering mengalami disinformasi satu sama lainnya. (Baca: Ilmuwan Psikologi Bukanlah Peramal)
Tak jarang kita menyaksikan dua orang bertengkar karena satu masalah dengan melontarkan kata-kata yang bersebrangan dengab tujuan mencapai kata sepakat. Hal aneh semacam ini persis seperti meminta orang yang sedang tegang untuk santai, atau orang yang sedang marah untuk tenang.
Perkataan ini benar dan baik dan orang yang mendengarnya pahan betul bahwa itu benar, akan tetapi jarang sekali berguna karena pendengarnya tidak tau cara melakukannya.
Pola komunikasi yang didasari pengertian yang salah tentang manusia tentu akan mengantarkan manusia pada suatu jarak dengan kemanusiaan itu sendiri. Itulah kenapa politik, budaya, tradisi, ras bahkan hobi tak jarang memisahkan kita satu sama lain.
Kenapa? jawabnya hanya satu, karena kita kurang pengetahuan. Kenapa? karena kita jarang bersahabat dengan kenyataan