eronica Djajanegara saat membuat seni lukis Grafiti di tembok rumah warga. - Foto: Surya Foto Kediri - Vandalisme atau corat-coret dindi...
![]() |
eronica Djajanegara saat membuat seni lukis Grafiti di tembok rumah warga. - Foto: Surya |
Akan tetapi bila coretan berbentuk mural atau graffiti yang digarap serius bukan hanya mempercantik kawasan. Pesan positif dibalut keindahannya malah membuat decak kagum. Rumah yang dicoreti graffiti atau mural membuat penghuninya senang, sebab enak dipandang mata.
Pagi pelakunya, menjadikan graffiti sebagai profesi bisa mendatangkan uang. Seperti yang dilakukan Veronica Djajanegara (15) siswi SMPN 4 Pare, Kabupaten Kediri ini.
Bakat melukis Vero sapaan akrab wanita cantik ini dituangkan untuk menghias dinding. Kepiawaiannya melukis melalui media dinding mendatangkan uang baginya. Banyak warga yang menyewa jasa untuk melukis dindingnya.
"Mungkin karena saya selalu minta izin pemilik rumah kalau mau melukis di tembok," kata Vero, Rabu 21 Februari 2018 sebegaimana diwartakan Surya.
Lukisan Vero tak asal-asalan. Ia selalu mengkonsep gambar sebelum dituangkan dalam lukisan. Setelah dapat izin pemilik, ia pun mengerjakannya. Hasil akhirnya berbicara. Si Pemilik rumah malah senang karena ada hiasan artistik di rumahnya.
"Dari situ mulai ada yang manggil saya untuk melukis dinding rumah-rumah warga. Gambarnya pun menyesuaikan, bisa dari saya maupun pesanan si pemilik," sambung Vero yang enggan memberitahu harga jasanya itu.
Vero mengisahkn sedari sedari kecil siswi kelas IX ini telah memiliki minat melukis. Semasa kecil ia seringkali mengambar dengan mencoret-coret kertas. Vero seringkali mengambar dengan mencoret-coret kertas.
"Sudah sejak kecil suka melukis," tuturnya.
Ketika beranjak remaja kala itu Vero lebih suka menggambar sketsa wajah orang di media kertas. Kemampuannya di bidang melukis mulai terasah. Bersama teman-temannya satu sekolah, Vero mulai mencoba hal baru yakni menggambar di media dinding atau tembok.
Saat itu, ia baru belajar seni lukis Mural dan Grafiti dari temannya bernama Adi Setya, siswa SMPN 2 Pare. Di sinilah ia mulai merasakan nyaman melukis di dinding.
Biasanya, dia bersama sesama pecinta seni lukis street art berkumpul untuk membuat karya. Sebelumnya, mereka menentukan konsep lukis yang akan diterapkan. Ternyata, kata dia, cukup sulit saat melukis dinding, jika dibandingkan menggambar di media kertas. Butuh, proses penyesuaian hingga ia terbiasa.
"Terasa terbang ketika pertama kali melukis pada dinding," ungkapnya.
Nah, paling penting adalah ia selalu menjaga etika dan mematuhi norma aturan yang ada. Karena itulah, ia meminta izin terlebih dahulu pada pemilik dinding rumah atau toko yang hendak di mural/grafiti.
"Yang paling penting dari melukis mural adalah selalu menjaga etika dan mematuhi norma aturan yang ada. Setidaknya izin dulu ke pemilik tembok atau bangunan agar karya kita bisa dinikmati dan dihargai," ujarnya.
Adapun sejumlah alat untuk membuat karya seni lukis street art yakni cat pilox dan penutup hidung. Dia membeli cat pilox dari uang tabungannya. Terkadang, patungan bersama temannya untuk membeli cat pilox bermacam warna itu.
Rata-rata durasi untuk membuat satu karya Mural/Grafiti, ia membutuhkan waktu sekitar empat hingga lima jam. Seiring berjalannya waktu, ada warga yang mengapresiasi karyanya. Dia bersama temannya sempat menerima tawaran untuk membuat mural di dinding rumah warga.
"Kalau untuk konsep Mural/Grafiti disesuaikan dengan keinginan mereka, kita mengikuti request," pungkasnya.