Foto Kediri – Juri, 53 tahun, anggota kelompok tani ‘Tani Jaya’ Desa Kebonrejo, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri tersenyum sembari meng...
Foto Kediri – Juri, 53 tahun, anggota kelompok tani ‘Tani Jaya’ Desa Kebonrejo, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri tersenyum sembari mengamati embung yang telah diresmikan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Rosmayahadi, Minggu, 25 Februari 2018.
Rekan-rekan sesama anggota kelompok taninya bakal bisa memanfaatkan embung yang seluas 25 hektar ini. Dengan kapasitas 600 ribu kubik, embung bisa memenuhi kebutuhan pengairan lahan cabe mereka.
Menurut Juri, rekan-rekannya kini tidak lagi harus bolak-balik membeli air PDAM untuk keperluan pengairan cabe mereka. Air PDAM itu oleh petani Kebonrejo diisikan di water torn kecil di sekitar lahan cabe.
Beruntung lahan pertanian Juri berada di sekitar sungai. Ia tak perlu menampung air hujan untuk mengisi water torn itu. Ia cukup mengambilnya dari sungai yang tidak jauh pula dari rumahnya.
“Dari sungai itu saya usung menggunakan motor. Air saya taruh di jerigen,” kata Juri mengisahkan proses pengairan lahan cabenya, Minggu 25 Desember 2018.
Selama ini petani cabe Desa Kebonrejo hanya mengandalkan air dari tadah hujan. Bila musim kemarau, mereka membeli air dari PDAM. Petani belanja air bisa mencapai Rp 1 juta per bulan. Bahkan ada petani yang sampai menghabiskan biaya Rp 12 juta untuk membeli air PDAM itu.
Di Desa Kebonrejo air menjadi persoalan utama. Air merupakan kebutuhan yang sangat vital sebab menyangkut kelangsungan perekonomian warga. Air benda mahal yang berapapun kebutuhannya warga pasti membelinya.
Di desa itu hanya ada sungai yang airnya dari buangan air hujan. Bila musim kemarau, sungai itu pun kering. Petani yang lahannya jauh dari sungai tentu tak bisa memanfaatkan airnya.
Karena krisis air, petani pun menggunakan sistem kocor. Air ditampung di water torn kecil ketika musim penghujan tiba. Air itulah yang digunakan mengairi cabe dengan cara dikocorkan ke pohon cabe satu persatu. Kondisi demikian terjadi selama bertahun-tahun.
Embung berada di tengah area pertanian cabe yang lokasinya di atas bukit. Jarak embung dengan pemukiman warga sejauh 3 km. Untuk menuju lokasi, harus melalui jalan selebar satu mobil berkelok-kelok dan naik turun.
Kondisi jalan pun sebagian masih tanah, dan sebagian lain sudah dicor semen. Bila musim penghujan jalan tanah itu licin. Akan tetapi medan berat itu menjadi tak terasa karena keindahan alam sekitarnya.
Lansekap yang berbukit-bukit, di kanan kiri jalan terhampar luas tanaman cabe yang menghijau, mengurangi ketegangan syaraf kala menyusuri medan off road itu. Sumber daya alam desa itu dinilai pemangku kebijakan menyimpan potensi wisata. Rencananya, desa akan mengembangkan wisata edukasi tanam cabe.
Pembangunan embung dimulai pada tahun 2011 atas hibah dari Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Indonesia (BI). Sayang, baru saja selesai pembangunannya pada Februari 2014, embung yang jaraknya dari kawah Gunung Kelud hanya 3 km itu rusak terkena dampak letusan gunung itu.
Pembangunan embung yang kembali dilanjutkan oleh BI dan terselesaikan Oktober 2017. Kini embung yang airnya mengandalkan tadah hujan itu menjadi awal pengembangan perekonomian desa.
Rencananya, embung bukan saja difungsikan untuk kebutuhan petani cabe saja, embung juga menjadi sentra kegiatan perekomian desa. Ia menjadi wahana wisata baru bagi masyarakat Kediri.