Lahan pertanian di Kabupaten Kediri masih rawan mengalami gagal panen akibat terkena banjir - Foto Jawa Pos Foto Kediri - Negara berupa...
![]() |
Lahan pertanian di Kabupaten Kediri masih rawan mengalami gagal panen akibat terkena banjir - Foto Jawa Pos |
Implementasi dari pelaksaan undang-undang tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kemtan) menerbitkan program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Adanya asuransi pertanian ini merupakan upaya perlindungan kepada petani.
Akan tetapi program AUTP rupanya kurang sukses di Kediri. Buktinya petani di wilayah Kabupaten dan Kota Kediri kurang antusias menyambutnya. Padahal, program ini digulirkan pemerintah untuk membantu petani padi dalam meningkatkan kesejahteraan mereka.
“Kondisi ini umumnya karena pihak petani padi merasa khawatir. Khususnya, berkaitan dengan pencairan klaim asuransi ini yang mereka yakini berbelit-belit pada masa mendatang,” kata Kepala Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan, OJK Kediri, Slamet Wibowo, Sabtu 24 Februari 2018.
Slamet merencanakan pada semester 1 tahun 2018, OJK Perwakilan Kediri berupaya melirik wilayah lain guna mewujudkan program AUTP. Kawasan yang dinilainya ideal, yaitu berada di Kabupaten Kediri.
“Terlebih, kami melihat bahwa Kabupaten Kediri memiliki area lahan sawah padi yang lebih luas dibanding di Kota Kediri,” ujarnya. (Baca: Alhamdulillah Kediri Mulai Panen Raya Padi)
Slamet mengira program AUTP berjalan sukses bila dijalankan di Kabupaten Kediri. Padahal di wilayah ini kondisinya sama dengan di kota. Petani Kabupaten Kediri sama enggannya menyambut program ini.
Asuransi kurang dimanfaatkan oleh petani. Banyak dari mereka yang belum percaya dan tidak mengambil program pemerintah tersebut. “Padahal, sudah disubsidi pemerintah pusat sebesar 75 persen dari premi,” ungkap Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Kabupaten Kediri Widodo Imam Santoso.
Padahal, menurut Widodo, banyak lahan pertanian di wilayah kabupaten yang rawan terkena bencana. Lahan pertanian yang rawan terkena bencana paling banyak karena banjir atau genangan air. Biasanya lahan yang berada tidak jauh dari sungai atau berada di dataran rendah.
“Ada di 13 kecamatan, paling luas ada di Tarokan,” terang Widodo. (Baca: Puluhan Hektar Sawah di Gampengrejo Kebanjiran)
Lahan pertanian rawan terkena bencana angkanya mencapai ribuan hektare di seluruh Kabupaten Kediri. Paling banyak terletak di kawasan barat Sungai Brantas.
Data dari Dispertabun diketahui, setidaknya total terdapat 1.202 hektare lahan yang masuk rawan bencana. Paling luas ada di Kecamatan Tarokan, yakni seluas 394 hektare dan paling kecil di Kecamatan Pare seluas tiga hektare.
Untuk mendapatkan kepercayaan petani, Slamet Wibowo menggagas edukasi. Masyarakat di Kota maupun Kabupaten Kediri juga perlu memperoleh edukasi secara menyeluruh tentang besaran premi pada program AUTP yang relatif terjangkau. Lebih tepatnya, sebesar Rp 180.000 per hektare.
“Namun tidak sepenuhnya, premi itu dibayarkan petani. Justru petani hanya dikenakan Rp 30.000 dan sisanya sebesar Rp 150.000 ditanggung oleh pemerintah,” katanya.
Secara umum, sebut dia, perlu diketahui bahwa kebijakan asuransi pertanian ini merupakan terobosan baru dari OJK Pusat. Tujuannya, untuk membantu meringankan beban petani di penjuru Nusantara.
“Khusus, saat para petani padi ini mengalami gagal panen (puso),” katanya.
Prgram ini, kata Wibowo, juga masuk dalam paket kebijakan stimulus ekonomi pemerintah. Salah satunya, yang dipicu karena pelemahan kondisi keuangan global.
Meski begitu, jumlah tersebut terhitung sedikit dibanding luasan lahan pertanian di Kabupaten Kediri. Angkanya 'hanya' 2,5 persen dari luasan sawah di Kabupaten Kediri yang mencapai total 47.324 hektare.
“Juga dibandingkan daerah lain cakupan area terdampak bencana ini juga tidak terlalu luas," bebernya.
Tahun ini, Kementerian Pertanian (Kemtan) menargetkan 1 juta hektare (ha) sawah terdaftar dalam program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). target yang ditetapkan tidak berbeda dengan tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan 1 juta ha sudah bisa mencakup wilayah yang sering terkena banjir, kekeringan serta serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Selain AUTP, ada pula Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS) tahun ini kementerian pertanian menargetkan sapi atau kerbau yang terdaftar sebanyak 120.000 ekor. Hingga saat ini sosialisasi AUTP dan AUTS masih terus dilakukan.
Kemtan juga tengah mengkaji adanya asuransi pertanian untuk bawang merah dan cabai. Hingga saat ini kementerian bersama akademisi, peneliti dan praktisi asuransi pun masih menghitung indeks risiko sebelum menetapkan asuransi untuk bawang merah dan cabai.
Sebagai informasi, tahun 2017 realisasi AUTP sebesar 997.960,53 ha dari target 1 juta ha dengan klaim sebesar Rp 101.676.426. Sementara realisasi AUTS sebesar 91.831 ekor indukan sapi, dari target 120.000 ekor, dengan klaim AUTS sebanyak Rp 9.902.135. (Baca: OJK Kediri: Hati-Hati Tawaran Investasi Menggiurkan)