Batu oktagonal yang ditemukan di Dusun Wonorejo, Desa Semanding, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. – Foto: Kompas.com Fo...
![]() |
Batu oktagonal yang ditemukan di Dusun Wonorejo, Desa Semanding, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. – Foto: Kompas.com |
Foto Kediri - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan melakukan pemeriksaan awal dengan meneliti struktur batu bata kuno yang ditemukan di di Dusun Wonorejo, Desa Semanding, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri Rabu 28 Maret 2018.
Setelah melakukan penelitian, BPCB pun memastikan batu bata kuno itu bagian dari benda purbakala. Kepala Sub-unit Penyelamatan BPCB Trowulan, Ahmad Hariri usai meneliti di lokasi menyebutkan, dari temuan di lokasi semakin menguatkan adanya peninggalan benda purbakala.
"Bisa dipastikan memenuhi kriteria cagar budaya," ujar Hariri.
Hariri mengatakan, untuk memastikan peninggalannya direkomendasikan untuk dilakukan penelitian lanjutan. Pengkajian itu akan dilakukan oleh sebuah tim demi mengungkap struktur itu.
Saat ditemukan di lahan pertanian milik Zainudin dan Sofiatun, batu bata ukuran besar itu dalam kondisi sudah berserakan karena tanahnya telah digali. Ada beberapa titik lokasi temuan batu bata yang memanjang hingga jarak sekitar 150 meter. Juga ditemukan gundukan batu bata yang tersusun, namun kondisinya sudah tidak utuh lagi.
"Untuk sementara petugas memasang penanda lokasi temuan dengan patok kayu dan rumput Jepang supaya untuk sementara waktu tidak ditanami," kata Hariri. (Baca: Ditemukan Batu Bata Kuno Sebelum Kerajaan Kediri)
Penelitian itu mengungkap, batu bata kuno itu rata-rata mempunyai ukuran panjang 40-41 cm, lebar 20-24 cm, serta tebal 7-8 cm. Bentuknya mirip dengan temuan batu bata kuno di wilayah Trowulan, Mojokerto.
Batu bata itu tersusun secara saling-silang dan bertumpuk sehingga mirip fondasi. Struktur itu membujur ke arah utara-selatan sepanjang 73 meter dan lebar 47 meter untuk barat dan timur.
"Kalau panjang, kami hanya mengukur pada lahan terbuka saja," imbuh Hariri.
Penelitian itu memang hanya difokuskan pada lahan titik temuan. Kebetulan lahan seluas lebih dari 1 hektar itu tengah digali sedalam setengah meter oleh pemilik lahan untuk keperluan peremajaan tanah.
Sementara lahan sawah yang ada di sekitarnya masih ada tanaman tebu dan jagung. Adapun untuk bangunan dan fungsi fondasi tersebut, tim peneliti belum bisa memastikannya karena membutuhkan tindakan lebih rinci.
Hanya saja, kalau dalam konteks sejarah, menurut Hariri, hal itu bisa ditarik pada temuan-temuan benda purbakala yang terdekat dengan lokasi temuan itu. Kebetulan dalam jarak 200 meter dari lokasi terdapat situs Adan-adan.
Pada situs Adan-adan terdapat aneka bentuk arca dan fragmen yang pada 2016 lalu pernah diteliti para arkeolog. Situs itu berasal dari abad ke-11 masa Kerajaan Kediri.
"Dugaannya, ada keterkaitan dengan situs Adan-adan," lanjutnya.
Untuk keperluan penelitian lanjutan itu pula, BPCB melalui Pemkab Kediri meminta pemilik lahan sementara waktu untuk tidak beraktivitas di lokasi temuan. Zaenudin, seorang pemilik lahan, mendukung langkah tersebut.
Dia bahkan mengusulkan kepada tim peneliti untuk memberi tanda batas lokasi temuan untuk menghindari kerusakan akibat proses pengelolaan lahan. "Lokasi mana saja yang akan diteliti, tolong dikasih tanda.
'Biar kami tahu," ujar Zaenudin. (Baca: Dua Benda Purbakala Mirip Arca di Desa Jagung Bukan Temuan Baru)
Sementara itu, Eko Priatna, kepala Seksi Purbakala dan Museum Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Kediri mengatakan, benda purbakala berbentuk segi delapan atau oktagonal ternyata bukan umpak maupun lumpang, melainkan pilar.
Benda yang ditemukan itu terbuat dari batu andesit dengan lubang pada bagian tengahnya. Ada dua batu dengan model sejenis namun berbeda ukuran dalam temuan itu. Masing-masing batu itu mempunyai ukuran tinggi 53 cm, lebar bawah 44 cm, lebar atas 35 cm, diameter lubang bawah 21 cm, kedalaman lubang bawah 12 cm, serta diameter lubang atas 13 cm.
Sedangkan batu ke dua berukuran tinggi 57 cm, lebar bawah 35 cm, lebar atas 33 cm, kedalaman lubang bawah 13 cm, diameter lubang atas 11 cm, kedalaman lubang atas 10 cm, serta diameter lubang bawah 13 cm. "Lubang tengah itu untuk kuncian," Priatno menambahkan.
Batu andesit berbentuk segi delapan itu sebelumnya dianggap umpak hingga ambang pintu atau doorpel. Namun bentuknya yang berbeda sebagaimana penemuan umpak pada umumnya itulah sempat disebut benda tak lazim.
Sebelumnya diberitakan, para pekerja yang menggali tanah sawah menemukan struktur batu bata kuno. Selain batu bata, juga ditemukan batu andesit berbentuk balok dan lumpang. Batu yang mirip lumpang itu bentuknya juga dianggap tidak lazim, yaitu segi delapan atau oktagon.
Benda purbakala itu ditemukan oleh pekerja yang sedang mengeruk tanah sawah milik Zaenudin, warga di Dusun Wonorejo, Desa Semanding, Kecamatan Pagu, sejak sebulan ini. Saat ini benda-benda tersebut sudah diamankan dengan dipindah dari tempat aslinya dan dititipkan di kawasan Situs Adan-adan.
Wilayah Kediri terutama Kecamatan Pagu dan Kecamatan Gurah memang kerap ada penemuan benda purbakala. Itu tidak lepas dari sejarah panjang Kediri yang dikenal sebagai bekas wilayah kerajaan tua. (Baca: Tak Terasa, Jembatan Lama Kediri Telah Berusia 149 Tahun)