Foto Kediri - Bila komunitas dari berbagai latar belakang berkumpul maka hasilnya event kolaboratif. Yang ditampilkan pun bermacam-macam,...
Foto Kediri - Bila komunitas dari berbagai latar belakang berkumpul maka hasilnya event kolaboratif. Yang ditampilkan pun bermacam-macam, ada pameran foto, musikalisasi, teater, monolog bahkan bermain bersama. Sebagaimana event yang bertajuk ‘Kapan Kita Ketemu Lagi’ di taman Sekartaji Kota Kediri, Minggu 4 Maret 2018.
Andri Baron dari komunitas Sastra Pare yang menjadi panitia event itu mengatakan, acara gabungan dari berbagai komunitas se-Kediri Raya ini digelar yang ke 4 kalinya sebagai perwujudan keinginan bersama untuk menampilkan karya. Di dalamnya ada seniman, budayawan, fotografer, kelompok belajar, bahkan tukang sablon
“Sebetulnya apa yang dilakukan ini sebuah performance. Jadi setiap komunitas menampilkan kebolehannya tanpa ada pembatasan,” katanya. (Baca: Meniti Bersatunya Kediri dalam Kolosal Tradisi Kahuripan)
Tampak kelompok ‘Say Alit’ yang mengangkat tema anak kecil mengajak anak-anak belajar dan bermain bersama. Ada pula penampilan komunitas Malaka dari Malang yang menampilkan teater dengan tema perang. Sementara komunitas Foster (Fotografi STAIN Kediri) memamerkan 8 buah karya fotografinya.
Gagasan membentuk karya kolaborasi ini berawal diskusi budaya yang bertema ‘Bulan Bahasa’ sekitar dua tahun lalu. Pada diskusi itu berkumpul dari berbagai komunitas. Lalu tercetus untuk menggelar karya bersama.
“Tercetuslah gagasan dari temen di Kediri untuk menggelar event kolaboratif dalam satu momen yang menggabungkan semua komunitas yang ada di sini,” katanya. (Baca: Leburnya Cosplayer dalam Cinta Tokoh Imajiner di Cloveraction)
Menurut Baron, sejauh ini sudah tergabung 20 komunitas dari Kediri dan sekitarnya. Ada teater Nusantaranesia, Sanksekerta, komunitas fotografi Foster, Kanda dan lain-lain. Termasuk sanggar teater Malaka dari Malang. Namun belum ada pendataan jumlah keseluruhan personel yang tergabung dalam komunitas ini.
Untuk tema kali ini sasaran yang hendak diraih menyadarkan kalangan muda dan kalangan anak kecil. Sebab, mereka saat ini lebih asik bermain gadget sementara abai terhadap lingkungan. Dengan cara seperti ini diharapkan bisa bermain dan bersosialisasi bersama.
“Jadi bisa menghidupkan budaya bergotong royong dan bahu membahu,” ungkapnya.
Meski saat ini yang tergabung masih dari komunitas di sekitar Kediri, Baron berharap ke depan akan tergabung komunitas dari daerah lain, bila perlu dari luar provinsi dan luar pulau. “Seperti saat ini komunitas Malaka Malang sudah datang,” pungkasnya. (Baca: Komunitas Komikers Kediri yang Karyanya Menginternasional)