Acara nobar dengan layar tancap pada program Siar Sinema 2014 di Kota Kediri pada tanggal 13 -14 September 2014 di Taman Baca Mahanani....
![]() |
Acara
nobar dengan layar tancap pada program Siar Sinema 2014 di Kota Kediri pada
tanggal 13 -14 September 2014 di Taman Baca Mahanani.
|
Foto Kediri - Halo masih ingat layar tancap? Generasi yang hidup di era 1980-1990 an tidaklah asing dengan hiburan rakyat ini. Selain biasanya gratis, menonton layar tancap mengasikkan karena banyak penjaja makanan.
Namun kini keberadaan layar tancap nyaris hilang dari peredaran. Anak-anak jaman now mungkin tak pernah menemui ada layar yang diputarkan film melalui proyektor menggunakan seluloid alias bukan digital dikerumuni warga di sebuah lapangan.
Untungnya keberadaan layar tancap masih ada yang mempertahankan. Ada pegiat layar tancap yang gencar mempromosikan film Indonesia keliling kampung dan café. Sosok itu adalah Hanna Humaira.
Sebagaimana diwartakan Surya, Hanna sudah beberapa kali bersama koleganya memutar film di kampung seperti di Kelurahan Sukorame dan Dandangan, Kota Kediri. Layaknya jaman old, acara nonton bareng (nobar) layar tancap ini juga digratiskan. Namun sayangnya Surya tidak memberitakan teknologi yang digunakan Hanna untuk memutar layar tancap.
"Kami putar film independen kiriman teman-teman luar kota, kita putar ke masyarakat. Sambutan masyarakat antusias sekali," ungkap Hanna Humaira kepada Surya (tribunjatim.com), Kamis 29 Maret 2018.
Alasan menggiatkan layar tancap diakui Hanna untuk mengenalkan film Indonesia ke masyarakat. Hanna bersama rekan komunitasnya Layar Indie Kediri terus bertekat mengenalkan film Indonesia kepada masyarakat di Kota Kediri.
"Ada rencana mutar film lagi di cafe," tambahnya.
Mayoritas film yang diputar untuk acara layar tancap bertema drama untuk semua umur. Sebab menurut Hanna, masyarakat seringnya menyukai film nasional bergenre drama. Film genre ini ringan dan menghibur.
"Masyarakat khan senangnya menyaksikan film drama," tambahnya.
Hanna juga optimistis komunitasnya Layar Indie yang berdiri sejak Desember 2016 bakal terus memperkenalkan film Indonesia kepada masyarakat.
"Meski film yang kami tampilkan bukan film komersial, namun mendapatkan sambutan yang luar biasa. Masyarakat banyak yang keluar rumah nonton layar tancap," ungkapnya.
Bagi Hanna dapat memberikan hiburan kepada masyarakat menjadi kebahagiaan tersendiri.
"Kalau kami gelar layar tancap di kampung bapak, ibu dan anaknya keluar rumah nonton bareng. Mereka tersenyum dan tertawa bersama," jelasnya.