Foto Kediri - Lele di beberapa tempat umumnya diolah hanya menjadi pecel lele atau lele goreng. Akan tetapi di tangan kreatif Mariani (50...
Foto Kediri - Lele di beberapa tempat umumnya diolah hanya menjadi pecel lele atau lele goreng. Akan tetapi di tangan kreatif Mariani (50), ikan yang bentunknya panjang, berlendir, berkumis dan habitatnya di air keruh atau berlumpur menjadi sajian olahan yang inovatif.
Jika berkungjung ke Wisata Edukasi Kampung Lele, tempat Mariani menjajakan olahannya, ikan lele bisa menjadi bakso, sate, nugget, sempol, kripik, dan lain-lain. Di antara semua menu yang kesemuanya berbahan dasar lele itu, sempol lele yang menjadi primadonanya.
“Yang sering dibeli pengunjung ya sempol lele ini,” kata Mariani di Desa Tales, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Minggu 4 Maret 2018.
Menempati lahan seluas 1 hektare, Mariani merombak tempat yang dahulunya untuk budidaya ikan lele itu menjadi kawasan wisata. Selain warung kuliner juga ada wahana bermain untuk anak-anak serta kolam. Tentu saja tak ketinggalan kolam ikan lele.
Ide awal untuk membuat kawasan wisata berawal dari kegelisahannya akan stagnasi harga lele. Mariani panen besar. Dengan hasil yang melimpah, sementara peminatnya tidak ada. Akhirnya harga ikan lele pun anjlok dan dia merugi
Lulusan teknik ini juga mengaku bingung karena lele berukuran besar tidak akan laku di pasar. Apalagi sebagian ikan di tempatnya, merupakan titipan peternak lain untuk dijual. Di lain pihak pembudidayanya kian bertambah. Menurutnya yang perlu dikembangkan bukan budidaya ikan lelenya, akan tetapi olahan lele.
Semula yang ia lakukan membuat sate lele. Bersama istrinya ia nekad melakukan inovasi itu. Sate itupun dibagikan secara gratis ke warga sekitar saat ada event di desanya. “Besoknya saya tanyai bagaimana rasa sate lele buatan saya. Warga mengaku cocok dengan sate lele buatan kami,” ungkapnya.
Mariani juga meminta saran dan masukan agar olahan lelenya enak. Setelah menemukan komposisi yang pas ia mulai membuat kedai kecil-kecilan. Semula yang dijual hanya sate lele. Berlanjut ke sempol, bakso, nugget dan makanan lainnya.
![]() |
Wisata Edukasi Kampung Lele |
Disini pelanggan tak hanya sekedar menikmati olahan lele saja, tetapi juga bisa belajar tentang budidaya dan cara memasak ikan lele yang tepat. Edukasi yang utama yaitu pelatihan membuat olahan bebahan dasar lele untuk kelompok usaha masyarakat.
“Harga untuk pelatihan membuat olahan berbahan lele per satu resep Rp 600 ribu. Sudah banyak kelompok usaha yang minta dibuatkan pelatihan,” kata laki-laki yang pernah mencalonkan diri jadi kades ini. (Baca: Pecel Punten dengan Yel-Yel Khas 'Mbenjing Mriki Malih Nggih')
Sedikitnya terdapat 12 orang karyawan yang membantu Mariyani, baik untuk merawat kolam renang, taman ataupun yang memasak olahan lele. Tempat ini cocok untuk pelajar dan juga mahasiswa yang ingin melaksanakan praktek penelitian tentang ikan lele. Selain warung kuliner juga ada.
Tempat makan yang didesain gazebo kecil-kecil. Pengunjung dapat menikmati olahan lele dengan nuasa alam yang sangat alami, dan angin yang berdesis. Tak perlu mengeluarkan kocek banyak untuk menrasakan menu lele di sini. Bakso lele harganya Cuma Rp 5 ribu per porsi, sate lele Rp 15 per porsi dan untuk sempol harganya Cuma Rp 500 per tusuk.
Dalam seminggu rata-rata setengah kwintal lele diolah untuk menjadi aneka ragam makanan, yang paling laris adalah sempol. Kini omset penjualan aneka olahan lele milik Mariani sudah mencapai Rp 1 juta hingga Rp 1,2 juta perhari. Sementara pada hari libur bisa menembus Rp 5 juta sehari. Pelanggannya berasal dari Kediri, Tulungagung, Blitar, Trenggalek dan juga Nganjuk.
Ikan lele yang diolah wisata kampung lele ini, dipilih dari jenis ikan lele mutiara hasil pengembangan Dinas Pertanian Bogor. Setelah diangkat dari kolam, ikan kemudian dibersihkan menggunakan air mengalir dan diambil dagingnya saja atau istilahnya palet.
Daging ikan lele lalu diolah, ada yang langsung ditusuk menjadi sate atau diiris tipis-tipis dicampur tepung terigu menjadi crispry lele, ada yang digiling menjadi bakso, dan sempol, ada juga yang digoreng biasa menjadi lele terbang.
Untuk pemasaran, ia masih menempuh cara konvensional atau dari mulut ke mulut. Ia mengaku tak melakukan promosi yang gencar kecuali hanya mengikuti pameran yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri, seperti pada event Festival Ikan di Simpang Lima Gumul (SLG yang berakhir Minggu, 4 Maret 2018 ini.
"Sementara saya belum melakukan pemasaran melalui online. Tapi tuntutan perkembangan zaman mengaruskan pelaku usaha untuk memasarkan secara online. Suatu saat nanti saya pasti memanfaatkan media online untuk pemasaran," pungkasnya. (Baca: Ayo Ke Festival Ikan SLG, Hari Ini yang Terkahir)