Alat-alat skimming yang digunakan untuk membobol uang nasabah sejumlah bank dipamerkan polisi saat merilis kasus tersebut di Mapolda Metr...
![]() |
Alat-alat skimming yang digunakan
untuk membobol uang nasabah sejumlah bank dipamerkan polisi saat merilis kasus
tersebut di Mapolda Metro Jaya, Sabtu 17 Maret 2018 – Foto: Kompas
|
Perbankan pelat merah itu-pun akan mengganti uang nasabahnya yang hilang. Nilai kerugian akibat kejahatan duplikasi kartu debit melalui skimming ini ditaksir mencapai Rp 1 miliar.
“Saya belum dapat datanya, tapi (total kerugian) yang di Ngadiluwih kurang dari Rp 1 miliar,” kata Direktur Hubungan Kelembagaan Bank BRI Sis Apik Wijayanto di Thamrin Lot 10, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Ahad, 18 Maret 2018.
Dia menegaskan, kasus pembobolan kartu debit nasabah Bank BRI dengan teknik skimming ini hanya terjadi di Ngadiluwih. Sambungnya, belum ada laporan dari unit BRI di daerah lain mengenai kejadian serupa.
"Di Ngadiluwih Kediri doang. Yang lain belum ada laporan. Kita sudah antisipasi yang di Ngadiluwih untuk ATM yang sudah terdeteksi, dan kita sudah ganti kartu ATM-nya," jelas Sis Apik.
Untuk mencegah kejadian serupa, Sis mengimbau nasabahnya berhati-hati dalam memberikan informasi pribadi. Sebab, banyak oknum melakukan kejahatan dengan modus menggunakan nama perusahaan untuk menguras tabungan korban. Para oknum biasanya meminta data pribadi, seperti nama ibu kandung, nomor telepon, hingga personal identification number (PIN).
“Hati-hati untuk memberi informasi nomor PIN pada orang lain. Waspada kalau ada telepon yang bukan dari BRI, ngaku-ngaku dari BRI. Mereka minta nomor PIN atau password, kadang minta identitas, nomor telepon, nama ibu kandung, tidak usah dikasih. BRI tidak pernah melakukan itu,” ucap Sis.
Saat ini, BRI mengaku telah mengganti dana Rp 145 juta kepada 33 nasabah yang melaporkan kehilangan uang di kantor cabang Kediri, Jawa Timur.
Akibat kejadian tersebut, Bank Indonesia (BI) memerintahkan BRI dan bank penerbit kartu ATM/debit lain mempercepat migrasi kartu tersebut dari teknologi pita magnetik (magnetic stripe) ke teknologi chip karena memiliki standar keamanan lebih tinggi.
Gara-gara kasus kejahatan skimming PT Bank Rakyat Indonesia ( BRI) bakal menghapus transaksi luar negeri untuk nasabah Simpedes. Direktur Digital Banking dan Teknologi Informasi BRI Indra Utoyo mengatakan, pihaknya akan memblokir transaksi yang ada di luar negeri untuk nasabah Simpedes.
"Jika nasabah Simpedes dilihat jarang berpegian keluar negeri, maka kami akan blok transaksi luar negerinya," kata Indra dalam media gathering, Sabtu 17 Maret 2018.
Intinya belajar dari kejadian Kediri, BRI akan menyeting transaksi default untuk nasabah Simpedes agar transaksi luar negerinya ditolak.
Nantinya, BRI akan memberikan sosialisasi terkait ini. Kebijakan ini dikecualikan untuk nasabah prioritas karena jenis nasabah ini memang sering ke luar negeri.
Sindikat internasional disebut-sebut terlibat dalam kejahatan skimming yang terjadi di kantor cabang BRI Kediri. Indra Utoyo, Direktur Perbankan Digital dan Teknologi Informasi BRI pada konferensi pers, Kamis 15 Maret 2018 malam menyatakan, pihaknya mengaku telah mengetahui pelakunya berdasarkan rekaman CCTV.
"Kami sudah memiliki bukti CCTV-nya, jam berapa terjadi kami sudah mengahui," kata Indra.
BRI menyatakan sudah memiliki rekaman pelaku dengan baik. Bank ingin menyelesaikan kejadian ini sampai ke akarnya. Karena itu, bank sedang berkoordinasi dengan Bareskrim Polri.
Terkait dengan dugaan keterlibatan jaringan internasional, BRI masih melakukan investigasi. Jaringan internasional ini untuk melancarkan aksinya, diduga bekerja sama dengan jaringan lokal di Kediri.
Indra bilang, jaringan internasional ini terkait dengan dua negara yaitu Jerman dan Spanyol. Karena di dua negara ini diduga uang nasabah yang telah hilang tersebut ditarik. Kuat dugaan, pelaku utama skimming ada di antara dua negara tersebut.
Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin menegaskan, pengungkapan kasus skimming oleh Polda Metro Jaya tidak berhubungan dengan kasus hilang saldo puluhan nasabah BRI Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
"Itu kasusnya beda, beda dengan yang di Kediri," tutur Arifin usai dialog kerukunan antarumat beragama di Gedung Tribrata Polda Jatim, Jumat 16 Maret 2018.
Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin menegaskan, pengungkapan kasus skimming oleh Polda Metro Jaya tidak berhubungan dengan kasus hilang saldo puluhan nasabah BRI Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
"Itu kasusnya beda, beda dengan yang di Kediri," tutur Arifin usai dialog kerukunan antarumat beragama di Gedung Tribrata Polda Jatim, Jumat 16 Maret 2018.
Dia mengatakan, hingga kini belum bisa disimpulkan apakah yang menimpa puluhan nasabah BRI Ngadiluwih uang di rekeningnya berkurang karena aksi skimming oleh oknum tidak bertanggungjawab atau faktor lain.
"Kami masih menunggu hasil investigasi dari tim BRI," ujar Hanif.
Sebagaimana diberitakan, Polda Metro Jaya berhasil menangkap lima pembobol uang nasabah 13 bank di seluruh Indonesia.
Keempat pelaku adalah warga negara asing berasal dari Bulgaria dan Hungaria. Rinciannya, tiga orang adalah warga Bulgaria yakni Caitanovici Andrean, Raul Kalai, Ionel Robert.Kemudian Ferenc Hugyec asal Budhapest (Hungaria). Satu pelaku lainnya berasal dari Bandung, bernama Milah Karmilah.
Kasubdit Resmob Polda Metro Jaya AKBP, Aris Supriyono menuturkan, Sejumlah barang bukti disita polisi di lokasi penangkapan di sebuah hotel di kawasan Jakarta Pusat. Sejumlah barang bukti disita polisi di lokasi penangkapan.
Para pelaku melakukan aksinya sejak Juli 2017. Mereka membuat alat skimmer serta perangkat pendukung lainnya untuk memindai data para nasabah. Sindikat internasional ini dalam melancarkan aksinya adalah dengan mendapatkan data di Indonesia kemudian melakukan duplikasi atau penggandaan kartu.