Dokumentasi lawas jembatan kota Kediri tempo doeloe Foto Kediri - Siapa sangka pada 18 Maret 2018 ini jembatan lama Kota Kediri berulan...
![]() |
Dokumentasi lawas jembatan kota Kediri tempo doeloe |
Meski telah uzur, jembatan lama yang legendaries ini tetap kokoh dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat hingga kini. Jika foto dokumentasi jembatan ini saat pertama dioperasikan dulu dibandingkan dengan dokumentasi saat ini, terlihat tidak ada perubahan yang berarti.
Pagar jembatan masih tetap sama dengan desain awal. Demikian pula konstruksi besi bajanya juga tidak berubah. Jembatan ini memang menggunakan konstruksi besi yang dibangun di atas tiang sekrup yang dipasang di dalam sungai.
Jembatan di atas Kali Brantas di Kediri adalah jembatan besi yang pertama di Jawa dan dianggap sebagai adikarya zamannya oleh seorang insinyur bernama Sytze Westerbaan Muurling. (Baca: Pita Sutra Kuning Sungai Brantas dengan Tumpukan Sampah yang Tersangkut)
Catatan sejarah dari buku yang sengaja didapatkan dari Belanda dengan judul "Nieuw Nederlandsch Biografisch Woordenboek", jembatan lama sempat diterjang banjir besar pada 1954. Kalau saat ini jembatan ini masih kokoh, maka itu memperlihatkan bahwa jembatan ini memang berkualitas.
![]() |
Jembatan Lama Kota Kediri saat ini |
Saat diterjang banjir tahun 1964 itu pagar-pagar jembatan roboh, namun karena konstruksinya yang luar biasa menjadikan jembatan ini tak bergeser sedikitpun.
Situs portal berita www.merdeka.com pernah mengungkap misteri jembatan yang konon di bawahnya ada buaya putihnya tersebut. Nara sumber dari Belanda Olivier Johanes yang juga seorang pengamat budaya Indonesia diwawancarai oleh media online tersebut.
Oliver orang yang kali pertama menyebutkan tentang sejarah panjang jembatan yang hingga kini masih berfungsi dengan baik untuk sekedar memberikan informasi bahwa jembatan tersebut dibangun di sekitar abad ke 18.
Lalu siapa sebenarnya Sytze Westerbaan Muurling ini yang juga mendapat julukan sebagai chief engineer di massanya?
Sytze Westerban lahir di Belanda pada 29 November 1836, meninggal dunia. 17 Oktober 1876 di Batavia. Dia adalah anak dari Dr W. Muurling seorang pendeta dan juga seorang profesor teologi.
Westerbaan menerima pendidikan dasar di sekolah Austria, dan juga pendidikan menengah pertama. Tamat SMA, selanjutnya meneruskan kuliah di Huther,Groningen mengambil jurusan hukum, Namun tiga tahun dia berhenti akibat penyakit yang ia derita.
Setelah istirahat beberapa lama dan meninggalkan bangku kuliahnya, pada tahun 1854 ia berhasil ujian masuk untuk Royal Academy di Delft, dan pada tahun 1859 dia memperoleh ijazah insinyur sipil. Atas perintah Menteri koloni 4 Februari 1860 ia diangkat ke direktur pekerjaan umum di Hindia Belanda.
Imam Mubarok, pemerhati sejarah Kediri yang juga pemilik "Kediri's Photograph Museum" di Ngronggo Kota Kediri, menyebutkan sejak dibangun hingga sampai saat ini, jembatan belum mengalami perubahan.
"Hanya pagar yang mengalami beberapa kali pergantian karena diterjang banjir. Konstruksinya masih sesuai aslinya," jelasnya.
Sungai Brantas sendiri adalah sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. Panjang Sungai Brantas sendiri kurang lebih 320 km.
Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas (Kota Batu) yang berasal dari simpanan air Gunung Arjuno, lalu mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung , Kediri, Jombang dan Mojokerto.
Di Kabupaten Mojokerto sungai ini bercabang dua menjadi Kali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali Porong (ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo). Kali Brantas mempunyai DAS seluas 11.800 dari luas Provinsi Jatim. Panjang sungai utama 320 km mengalir melingkari sebuah gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Kelud Kediri.
Imam Mubarok mengingatkan Jembatan lama tidak boleh dibongkar atau diubah apapun alasannya. Karena diisamping memiliki nilai sejarah, Jembatan Lama masuk kategori cagar budaya .
"Kalau untuk merenovasi harus tetap sesuai dengan bentuk aslinya," harapnya.
"Kedepan jika Jembatan Brawijaya sudah difungsikan, maka Jembatan Lama bisa difungsikan sebagai tempat wisata untuk pejalan kaki," jelasnya.
Kepala Disbudparpora Kota Kediri Nur Muhyar menjelaskan, selama ini Pemkot Kediri melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang melakukan perawatan jembatan.
Beberapa kali jembatan yang masih menggunakan bantalan kayu sebagai alasnya mengalami kebakaran akibat masyarakat yang sembarangan membuang puntung rokok. Sehingga Disbudparpora memasang papan himbauan di pintu masuk dan pagar jembatan. (Baca: Ikon Baru, Kota Kediri Bakal Gelar Festival Brantas)